banner 600x50

Penulis : Ade Mulyani
Mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta, Semester VI, NIM 19230112

NEPOTISME dalam perilakunya harusalah ditiadakan, jika perusahaan yang dikelolanya ingin maju. Karena perilaku ini tidak sehat dan tentu merugikan banyak orang, terutama dalam berkarir didunia kerja.

Nepotisme sendiri merupakan perilaku yang mengutamakan orang-orang terdekatnya, sanak saudara, atau keluarga untuk mengelola terutama dalam sebuah jabatan.

Sering kali masih banyak terjadi praktik nepotisme dalam dunia kerja. Seperti saat seorang direktur memasukan anggota keluarganya untuk bekerja diperusahaannya, padahal hal ini tidak bisa dibenarkan. Karena boleh jadi anggota keluarga yang direkrut ini tidak memiliki kemampuan atau kapabilitas untuk mnempati posisi yang ditanggungjawabkannya.

Nepotisme berasal dari Bahasa italia yaitu nipote yang artinya keponakan. Maka dari itu kerabat atau keluarga inilah yang dipekerjakan karena adanya hubungan keluarga. Nepotisme mengacu pada ketidakadilan, karena anggota keluarga dipekerjakan bukan karena pengalaman dan keterampilannya. Hal inilah yang membuat orang yang direkrut tidak dapat berhasil mengembangkan perusahaan.

Praktik nepotisme banyak terjadi di bidang pemerintahan, namun tidak jarang pada perusahaan kecil, keluarga, dan organisasi nirlabapun masih sering ditemukan.

banner 250x250

Dapat terlihat pentingnya dalam proses perekrutan pada lingkungan keluarga, ketika kandidat tersebut adalah orang yang memang kompeten dan dapat diandalkan, maka perekrutan ini dapat dikatakan logis. Sedangkan ketika kandidat yang direkrut itu adalah anggota keluarga yang tidak kompeten dan tidak dapat diandalkan, maka hal inilah yang menjadikan nepotisme.

Nepotisme dapat mengakibatkan pada kegiatan melibatkan kepentingan dan adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Selain itu, nepotisme dapat berujung kehilangan karyawan yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan perusahaan. Karyawan yang kompeten sekalipun dapat mengundurkan diri dan terpaksa harus mematahkan minatnya dalam berkarir di perusahaan tersebut akibat kepemimpinan telah terisi oleh anggota keluarganya , sehingga kesempatan untuk maju dan mengembangkan diri di perusahaan terhambat.

Seorang pimpinan perusahaan yang bijak harusnya mengutamakan perkembangan perusahaannya, bukan mengedepankan ego untuk sebuah jabatan. Banyak hal yang harus diperhatikan terutama dalam memilih seseorang untuk mengisi sebuah posisi sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki. Tidak ada salahnya ketika pemilik perusahaan memberikan kesempatan seorang karyawan untuk maju dalam mengemban peran untuk memanaj perusahaan, dengan begitu pemimpin tersebut telah membuka peluang untuk orang lain dalam mengembangkan karirnya.

Terhambatnya karir seseorang dalam dunia kerja terkadang diakibatkan oleh pimpinan itu sendiri yang merasa bahwa karyawan tidak berhak untuk memberikan inovasi baru. Padahal, ketika seorang karyawan berinovasi, itu artinya karyawan tersebut sangat peduli terhadap perusahaan yang sedang berjalan. Sekalipun ketika misalnya salahsatu karyawan yang menentang bahwa ia tidak setuju dengan perilaku nepotisme, bukan semata-mata ia ingin menguasai kepemimpinan, namun tentu dalam hal inipun sudah tergambarkan bahwa karyawan tersebut tidak ingin perusahaan mengalami kebangkrutan, karena bisa jadi karyawan tersebut mengetahai dampak dari perilaku nepotisme.

Perusahaan sebagai wadah untuk seseorang mengupgred diri menjadi lebih berkompeten, mempunyai skill, berinovasi dan mendapatkan hasil. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang didominasi oleh orang-orang yang memanajnya dengan baik. Keberhasilan atas perusahaan tentu akan diisi oleh support system yang tepat dan memadai. Maka dari itu, korelasi antara pemimpin, SDM, dan lingkungan sangat penting dan perlu diperhatikan agar perusahaan dapat mencapai tujuan.

Hal diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk selangkah lebih maju, hambatan berkarir dalam dunia kerja tentu akan selalu terjadi. Namun, seseorang yang cerdas ia akan mengimplementasikan pengetahuannya, bukan keinginannya. Dengan begitu pemilik perusahaan akan melihat kemampuan keryawannya dalam sebuah tindakan. Meskipun pada akhirnya perilaku nepotisme belum bisa dihindarkan.