Katasulselcom Jakarta – Setelah berlangsung dari 18 Oktober-30 November, Science Film Festival 2022 di Indonesia yang diinisiasi Goethe-Institut berhasil menarik 63.414 pelajar tingkat SD hingga SMA di 55 kota/kabupaten untuk mempelajari sains secara menyenangkan.
Para siswa telah berkenalan dengan tema “Kesempatan yang Setara di Dunia Sains” melalui pemutaran belasan film internasional dan eksperimen sains yang interaktif.
Tahun ini, Science Film Festival di Indonesia dilakukan secara hybrid dengan total 498 sesi penayangan film serta eksperimen sains secara luring di ratusan sekolah, institusi bahasa, pusat sains, hingga komunitas. Adapun penayangan secara daring via platform Zoom dilaksanakan sebanyak 165 sesi di lebih dari seratus sekolah.
Kota-kota yang berpartisipasi dalam kegiatan tahunan ini antara lain adalah Aceh, Bintuni, Bombana, Denpasar, Fakfak, Flores Timur, Indramayu, Jayapura, Kupang, Makassar, Maumere, Medan, Salatiga, Surabaya, Temanggung, Tentena, Tambolaka, Waikabubak, Waingapu, Yogyakarta.
Manajer Science Film Festival Indonesia Elizabeth Soegiharto menyampaikan
“Dengan menyelenggarakan Science Film Festival secara hybrid, kami berkesempatan secara luring membangun ketertarikan pelajar untuk ambil bagian dalam bidang ilmu sains melalui pemutaran film serta eksperimen sederhana. Selain itu, banyak pelajar di puluhan kota dan kabupaten yang bisa kami jangkau secara daring sehingga tidak terhambat dengan jarak
dan letak geografis yang sulit dicapai.”
Antusiasme pelajar tergambarkan dari tingginya perolehan angka peserta tahun ini yang meningkat lebih dari dua kali lipat. Edisi tahun lalu menggaet 28.770 penonton di 52 kota.
Elizabeth menambahkan, edisi Science Film Festival Indonesia tahun depan diharapkan bisa berlangsung sepenuhnya secara luring seperti sebelum pandemi agar literasi sains yang disampaikan bisa semakin mudah dicerna dan dipahami pelajar.
Tema “Kesempatan yang Setara di Dunia Sains” dalam festival ini diangkat guna membangun kesadaran pelajar bahwa setiap orang—tanpa memandang latar belakang—berhak mendapatkan kesempatan yang setara untuk bisa berkontribusi di bidang STEM (sains, teknologi, perekayasaan, dan matematika).
Wawasan tentang tema ini dan isu sains lainnya disajikan dalam 17 film dari Afrika Selatan, Austria, Belgia, Chile, Haiti, India, Indonesia, Jerman, Spanyol, serta Thailand.
Salah satu film yang mengangkat tema “Kesempatan yang Setara di Dunia Sains” adalah ‘Reporter Sci-PY – Setiap Anak Adalah Ilmuwan’ asal India. Film tersebut berkisah tentang reporter bernama Mira yang bertemu tiga orang anak yang mencintai dunia sains dan bersedia menyambut peluang.
Selain lewat film, keberadaan eksperimen sains yang menyertai setiap pemutaran film turut menumbuhkan minat pelajar terhadap sains. Dari 13 eksperimen sederhana yang dipraktikkan, “Belalai Gajah” adalah salah satu eksperimen yang diminati para siswa.
Mereka ditantang membuat replika belalai gajah dengan bahan yang ada, yaitu baskom, karet, kain, botol plastik, gula, sabun cuci piring, gunting, dan air.
Science Film Festival Indonesia tahun ini didukung oleh sejumlah mitra utama, yakni Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Kedutaan Besar Republik Federal Jerman; inisiatif “Sekolah: Mitra menuju Masa Depan” (PASCH); Bildungskooperation Deutsch (BKD); Rolls-Royce; SEAMEO STEM-ED; Universitas Paramadina; Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya; dan Universitas Negeri Jakarta.
Tentang Science Film Festival
Science Film Festival adalah perayaan komunikasi sains di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah. Bekerjasama dengan mitra lokal, perayaan ini mempromosikan literasi sains dan memfasilitasi kesadaran akan isu-isu ilmiah, teknologi, dan lingkungan kontemporer melalui film internasional dengan kegiatan pendidikan yang menyertainya.
Festival ini menyajikan isu-isu ilmiah yang mudah diakses dan menghibur bagi khalayak luas dan menunjukkan bahwa sains bisa menyenangkan. Ajang ini telah berkembang pesat sejak edisi pertamanya di tahun 2005 di Thailand, menjadi acara terbesar di dunia.
Science Film Festival diselenggarakan di setiap negara oleh Goethe-Institut bekerjasama dengan mitra lokal. Festival ini bergantung pada kolaborasi dan partisipasi aktif lembaga pendidikan sains, sekolah, universitas, kementerian, dan pusat budaya di masing-masing negara tuan rumah, serta antusiasme staf mereka dan mitra lainnya, seperti LSM, pendidik, dan kelompok relawan pelajar, yang memfasilitasi pemutaran dan kegiatan. (*)
Tinggalkan Balasan