Masyarakat Galesong, Takalar, menjalankan tradisi Asuro Maca sebagai bentuk ungkapan syukur setelah penyembelihan hewan kurban pada perayaan Idul Adha.
Penulis: Arliyana / Takalar
Katasulsel.com, Takalar – Tradisi ini tidak hanya dilakukan pada saat menyambut bulan suci Ramadan dan Idul Fitri, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Adha.
Ritual Asuro Maca merupakan tradisi yang dilakukan dengan meminta seorang guru atau uztad untuk membacakan doa-doa keselamatan sebagai tanda rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Pada kesempatan ini, penyembelihan kurban telah selesai dilakukan, dan masyarakat merasa perlu untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka melalui tradisi yang sudah turun-temurun ini.
Pada pelaksanaannya, ritual Asuro Maca diiringi dengan penyajian dupa-dupa dan berbagai hidangan makanan pokok.
Salah satu hidangan yang khas adalah songkolo leleng dan kebo, yang merupakan nasi ketan hitam dan putih yang dihidangkan dalam bentuk bukit kecil dengan sebutir telur rebus di puncaknya.
Tidak hanya itu, hidangan lain seperti tumpi-tumpi, ayam, acar, unti tene (pisang raja), dan lainnya juga disediakan dalam acara ini.
Dupa-dupa, yang digunakan dalam ritual ini, memiliki makna sebagai pembersihan energi negatif dan pemurnian. Beberapa warga desa Bontokanang, Kecamatan Galesong, juga melaksanakan ritual ini sebagai bentuk penyucian diri.
Daeng Kenang, pemilik hajatan Asuro Maca, mengungkapkan bahwa tradisi ini dilakukan sebagai tanda rasa syukur yang ditujukan kepada Sang Pencipta.
“Tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun dan juga sebagai bentuk penghormatan kepada Allah SWT,” ujar Daeng Kenang, belum lama ini.
“Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang berkumpul dan silaturahmi untuk mempererat hubungan kekeluargaan,” paparnya lagi
Dalam suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan, masyarakat Galesong menyampaikan doa-doa keselamatan dan berharap agar rasa syukur yang terpancar melalui tradisi Asuro Maca ini membawa berkah dan kebaikan bagi seluruh umat.
Tradisi ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya dan keagamaan masyarakat Takalar, yang menjadikan kebersamaan dan rasa syukur sebagai landasan utama dalam menjalin hubungan dengan Sang Pencipta dan sesama umat manusia.(*)
Tinggalkan Balasan