Makassar — Orang Bugis di Sulawesi Selatan dikenal dengan kegiatan maritimnya, seperti nelayan dan pelaut. Mereka terkenal dengan keahlian membangun kapal tradisional yang dijuluki “phinisi”. Selain itu, dalam membangun rumah pun, etnis Bugis mempunyai kebiasaan yang unik. Mereka cenderung memilih membangun rumah kayu daripada rumah batu.
Bentuk arsitektur tradisional rumah Bugis memang terlihat sangat menarik dan unik. Pasalnya, rumah tradisionalnya dibangun dengan konsep ruang terbuka dan banyak ventilasi. Hal ini memungkinkan sirkulasi udara di dalam ruangan menjadi lebih baik sehingga suhu di dalam rumah lebih dingin. Dalam hal ini rumah kayu lah yang lebih sesuai karena dapat mudah dibangun dengan konsep tersebut.
Selain itu, rumah kayu juga dianggap lebih ramah lingkungan dan mudah untuk dipindahkan. Seperti diketahui bahwa daerah Sulawesi Selatan sering terjadi gempa bumi dan rumah kayu akan lebih aman dari guncangan gempa dibandingkan dengan rumah batu. Selain itu, jika suatu saat mereka ingin pindah ke tempat lain, rumah kayu dapat dengan mudah dipindahkan ke lokasi yang baru.
Namun, tidak semua orang Bugis memilih rumah kayu untuk tempat tinggal mereka. Ada beberapa orang yang memilih untuk membangun rumah batu karena lebih kokoh dan tahan lama. Selain itu rumah batu juga dapat membuat suhu di dalam rumah lebih hangat yang sangat berguna di saat musim hujan.
Dalam hal ini, bisa dibilang bahwa pemilihan material untuk rumah bergantung pada masing-masing individu dan adaptasi lingkungannya. Namun demikian, hingga saat ini, rumah kayu masih menjadi simbol identitas budaya masyarakat Bugis dan selalu menarik perhatian bagi mereka yang melihatnya.
Menurut Ambo Dalle, warga Bugis berdomisili di Kabupaten Sidrap, rumah kayu memiliki nilai sejarah yang lebih tinggi daripada rumah batu. Selain itu, dengan mempertahankan tradisi membangun rumah kayu, mereka juga dapat menjaga kelestarian lingkungan dan memperkuat identitas budaya mereka.
Ada juga beberapa warga muda yang lebih memilih untuk membangun rumah batu karena terdapat beberapa keuntungan, seperti lebih kokoh, tahan lama, dan mudah dalam perawatannya. Meskipun begitu, mereka tetap menghargai dan menghormati kebiasaan membangun rumah kayu yang sudah menjadi bagian dari identitas budaya Bugis.
Sementara itu, beberapa warga Bugis di Kabupaten Pinrang, Juhani dan Mira (Keduanya bersaudara,red) mengatakan, yang tinggal di perkotaan memilih untuk membangun rumah dengan bahan beton dan modern. Pilihan ini tidak serta-merta karena mereka meninggalkan tradisi membangun rumah kayu, namun lebih didasarkan pada kebutuhan fungsional dalam kehidupan perkotaan.
Pengaruh modernisasi dan perkembangan teknologi memang mempengaruhi untuk melakukan beberapa perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, menjaga dan melestarikan tradisi membangun rumah kayu juga merupakan hal yang penting sebagai upaya untuk menjaga keberagaman budaya di Indonesia.(*)
Tinggalkan Balasan