banner 600x50

Wajo, katasulsel.com – Tosora, sebuah nama yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun memiliki kekayaan sejarah dan kebudayaan yang mendalam. Terletak di Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, Tosora memiliki peran strategis dalam sejarah Kerajaan Wajo.

Seperti banyak tempat di Indonesia, Tosora juga dipenuhi dengan cerita tutur yang turun-temurun dari generasi ke generasi. Salah satu kisah yang paling mencolok adalah asal-usul nama Tosora, yang berasal dari kisah seorang puteri dari Kerajaan Luwu bernama We Tadampali. Konon, We Tadampali mengasingkan diri dan mendarat di daerah yang kini dikenal sebagai Tosora. Nama “Tosora” sendiri diambil dari bahasa Bugis yang berarti “orang yang mendarat”, merujuk pada peristiwa tersebut.

Menurut penelitian arkeolog, Tosora dianggap sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Wajo pada masa lampau. Banyaknya bukti artefak seperti Masjid Tua, makam Waliyullah Assyeikh Jamaluddin Al-Habib Al-Akbar Al-Husaini, gudang amunisi, bekas benteng pertahanan, dan pelabuhan menegaskan peran penting Tosora dalam sejarah Kerajaan Wajo.

Masjid Tua Tosora, yang dibangun pada tahun 1621, merupakan salah satu situs bersejarah yang paling menonjol di Tosora. Diresmikan pada masa pemerintahan Arung Matowa Wajo VX La Pakallongi To Allinrungi, masjid ini menjadi pusat syiar Islam dan mendapat kunjungan banyak orang karena keberadaan situs makam-makam bersejarah di dalamnya.

Salah satu makam yang paling terkenal di Masjid Tua Tosora adalah makam cucu Rasulullah ke-19, Assyeikh Jamaluddin Al-Habib Al-Akbar Al-Husaini. Diperkirakan lahir pada tahun 1270 di Malabar, India, Assyeikh Jamaluddin Al-Habib Al-Akbar Al-Husaini adalah seorang penyiar agama Islam yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Kehadiran Assyeikh Jamaluddin Al-Habib Al-Akbar Al-Husaini di Tosora dipercayai melalui jalur “Danau Besar” yang menghubungkan teluk Pare-Pare dengan teluk Bone. Selama sekitar lima puluh tujuh tahun, Assyeikh Jamaluddin Al-Habib Al-Akbar Al-Husaini berdakwah di Tosora, meninggalkan jejak penting dalam sejarah dan kebudayaan Islam di wilayah ini.

banner 250x250

Tosora, dengan kekayaan sejarah dan kebudayaannya yang mendalam, tidak hanya menjadi tempat yang menarik untuk dijelajahi bagi para sejarawan dan peneliti, tetapi juga merupakan tempat yang sarat dengan makna dan kearifan lokal bagi masyarakatnya. Dengan Masjid Tua dan makam-makam bersejarahnya, Tosora terus menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang peradaban dan spiritualitas di Sulawesi Selatan. (*)