banner 600x50

Sidrap, katasulsel.com — Gambar di atas, menjadi saksi bisu dari keberadaan Masjid Tua Jerra’e, sebuah monumen keislaman yang telah berdiri teguh sejak abad ke-17.

Terletak di Desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, masjid ini menjadi pusat spiritualitas dan kebudayaan Islam di wilayah yang saat ini dipimpin oleh Pj Bupati, Dr Basra.

Menurut salah satu tokoh pemuda Islam di desa itu, Sulhan, konstruksi masjid ini dimulai sekitar tahun 1607 oleh tokoh agama terkemuka pada zamannya, antara lain Syekh Bojo, Lapatiroi, dan Nene Mallomo.

Mereka bukan hanya mendirikan masjid ini, tetapi juga menjadikannya sebagai basis untuk menyebarkan ajaran Islam di sekitar daerah.

Cerita turun temurun yang diwariskan melalui generasi-generasi, kata Sulhan, mengisahkan bahwa tiang-tiang utama masjid ini, yang berjumlah 49, dibuat dari kayu pohon cabe dan canagori. Namun, Sulhan mengakui bahwa tidak pasti tiang-tiang mana yang berasal dari pohon tersebut.

Menariknya, sejak dibangun, tiang-tiang masjid yang menjadi bagian dari warisan cagar budaya ini belum pernah mengalami penggantian. Namun, atap masjid, sekitar tahun 2000-an, diganti dari bahan ijuk menjadi seng untuk menjaga keberlangsungan bangunan.

banner 250x250

Perjalanan sejarah Masjid Tua Jerra’e tidak hanya mencatat pembangunan fisiknya, tetapi juga peran pentingnya dalam bidang pendidikan agama Islam. Dahulu, masjid ini menjadi pusat pendidikan Islam dan melahirkan sejumlah tokoh agama terkemuka, seperti KH Abdu Pabbaja dan KH Yunus Maratang.

Namun, keberadaan masjid ini juga menunjukkan transformasi zaman. Selama sekitar 30 tahun, masjid ini tidak digunakan untuk salat Jumat karena adanya masjid baru di sekitarnya. Namun, pada tahun 2009, masjid ini kembali menjadi tempat salat Jumat, sementara upacara salat Idul Fitri dan Idul Adha juga digelar di sini.

Sebagai sebuah simbol keislaman dan kebudayaan yang kokoh, Masjid Tua Jerra’e tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi perwujudan sejarah dan nilai-nilai spiritual yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh agama pada masa lalu.

Keberadaannya tetap menjadi inspirasi dan pengingat bagi masyarakat Kabupaten Sidrap akan akar-akar Islam yang kaya di daerah mereka. (*)