banner 600x50

Jakarta, katasulsel.com — Pertempuran Banjir Al-Aqsa yang sedang berlangsung telah membuka fase baru dalam konflik di Gaza dan Palestina serta di tingkat global. Juru bicara militer Hamas Brigade al-Qassam, Abu Obeida, dalam pidatonya pada hari Jumat, menegaskan bahwa keadilan hanya dapat dicapai melalui kekerasan.

Lima bulan setelah dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa, Abu Obeida memberikan gambaran tentang beberapa isu penting, termasuk perundingan yang sedang berlangsung antara Perlawanan Palestina dan Israel, serta situasi operasional Perlawanan Palestina dan kondisi tawanan Israel di Gaza.

Abu Obeida mengkritik keras perlakuan yang diterima rakyat Palestina dari musuh, yang ia sebut melakukan pembantaian Nazi. Ia juga menyoroti ketidakberdayaan hukum internasional dan sistem global dalam melawan entitas pendudukan.

Abu Obeida menegaskan bahwasanya diplomasi dan jalur hukum melalui hukum internasional atau keputusan Dewan Keamanan PBB telah gagal dalam mencapai gencatan senjata dan hak-hak rakyat Palestina. Sebaliknya, ia mendorong konfrontasi berkelanjutan dan memperluas mobilisasi di bulan Ramadhan.

Abu Obeida juga mengecam komunitas internasional yang lemah dan gagal menghentikan rencana Zionis. Ia menuduh hukum internasional dan komunitas internasional melindungi ketidakadilan, penindasan, dan agresi yang dilakukan oleh tirani kekuasaan yang kejam, yang dipimpin oleh pemerintahan Amerika.

Abu Obeida menekankan bahwa Perlawanan dan Perlawanan rakyat Palestina telah memahami persamaan ini sejak dini dan telah melakukan revolusi yang sedang berlangsung untuk mengakhiri agresi berkelanjutan.

banner 250x250

Juru bicara tersebut menuding Zionis telah memulai perang agama yang menjijikkan terhadap tanah, masyarakat, dan tempat suci Palestina. Ia juga mengecam komunitas internasional yang mematuhi hukum hutan dan Dewan Keamanan yang menghalangi segala upaya untuk mendukung kaum tertindas dan menghentikan agresor.

Abu Obeida menegaskan bahwa Perlawanan tidak akan berhenti sampai hak-hak warga Palestina diambil kembali dengan kekerasan. Ia mengatakan bahwa musuh yang hanya memahami bahasa kekuatan tidak akan dapat ditundukkan oleh pernyataan, konferensi, kecaman, atau bahkan resolusi internasional.

Ia menegaskan bahwa Perlawanan telah bertahan selama beberapa dekade dan sekarang, pada hari ke-154 Operasi Banjir Al-Aqsa, mereka terus menimbulkan kerugian besar pada musuh.(*)