Gaza, katasulsel.com — Di tengah persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, anak-anak di Jalur Gaza menyuarakan harapan mereka untuk menjalani bulan penuh berkah tanpa terganggu oleh kekerasan dan konflik bersenjata yang telah lama melanda kawasan tersebut.
Dalam wawancara eksklusif dengan beberapa anak Palestina yang tinggal di Gaza, mereka mengekspresikan keinginan mereka untuk menjalani bulan Ramadhan dengan kedamaian dan kebahagiaan. Namun, mereka juga menyampaikan keprihatinan mereka terhadap ancaman tembakan dan roket yang sering terjadi selama bulan suci ini.
“Saya bermimpi untuk memiliki Ramadhan yang damai, di mana kami bisa berbuka puasa bersama keluarga tanpa takut akan suara tembakan atau roket yang menggema di sekitar kami,” ujar Ahmad, seorang anak berusia 10 tahun yang tinggal di Gaza. “Kami hanya ingin merasakan kedamaian dan kebahagiaan seperti anak-anak di tempat lain di dunia.”
Anak-anak Palestina di Gaza telah lama menjadi sasaran dampak konflik antara Israel dan gerakan perlawanan Palestina, dengan serangan udara dan tembakan roket yang sering terjadi di wilayah tersebut. Ini menyebabkan trauma psikologis yang mendalam pada banyak anak yang tinggal di sana.
“Kami sering merasa ketakutan dan cemas selama bulan Ramadhan karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Nour, seorang gadis berusia 12 tahun. “Saya berharap semua pihak bisa menghormati bulan suci ini dan tidak menggunakan kekerasan sebagai solusi.”
Pemerintah Palestina dan kelompok-kelompok internasional telah menyerukan gencatan senjata selama bulan Ramadhan sebagai langkah menuju perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut. Namun, upaya-upaya tersebut sering kali bertepuk sebelah tangan karena ketegangan yang berkelanjutan antara kedua belah pihak.
Meskipun demikian, harapan anak-anak Palestina untuk menghabiskan bulan suci Ramadhan dalam kedamaian tetap kuat. Mereka berharap agar dunia dapat mendengarkan suara mereka dan berusaha mewujudkan masa depan yang lebih baik, di mana kebahagiaan dan kedamaian menjadi hal yang biasa di Jalur Gaza. (*)
Tinggalkan Balasan