Jakarta, Katasulsel.com – Dalam rangka perayaan dies natalies III Ikatan Cendikiawan Muda Akuntansi (ICMA), panitia melaksanakan serangkaian kegiatan. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah Pekan Webinar Dies Natalies III ICMA: Metode Penelitian Kualitatif Part 2.
Kegiatan dilaksanakan Sabtu, 13 Juli 2024 dengan menghadirkan 2 narasumber. Mirna Amirya, SE., MSA., Ak., Ph.D dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya dan Muhammad Aras Prabowo, S.E., M.Ak dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA).
“Kegiatan berlangsung mulai pukul 7.30 s.d 11.00. Peserta berjumlah 100 orang yang terdiri dari akademisi dan mahasiswa akuntansi dari berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Webinar ini membahas desain penelitian fenomenologi, studi wacana dan semiotika dalam akuntansi”, jelas Siti Amerieska selaku Moderator dalam Webinar.
Mirna Amirya dalam webinar tersebut mengulas terkait desai studi wacana dan semiotika dalam akuntansi. Sedangkan Muhammad Aras Prabowo menjelaskan desain penelitian fenomenologi akuntansi.
Aras memaparkan bahwa paling tidak terdapat 7 macam tradisi dalam penelitian kualitatif: biografi; fenomenologi; grounded research; studi kasus; etnografi; etnometodologi; dan netnografi.
“Fenomenologi bertujuan memahami esensi dari pengalaman Kehidupan dari sebuah fenomenon, mis. Fenomena etika akuntansi di Indonesia dengan tinjauan budaya”, jelas Muhammad Aras Prabowo. 13/07/24.
Dalam kesempatan yang sama, Aras juga menyampaikan ciri-ciri penelitian fenomenologi kepada seluruh peserta webinar.
“Cenderung mempertanyakannya dengan naturalisme atau objektivisme dan positivisme yang telah berkembang sejak renaisans dalam pengetahuan modern dan teknologi. Memastikan kognisi yang mengacu pada yang dinamakan ‘Evidenz’ = kesadaran akan suatu benda. Percaya bahwa tidak hanya satu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya”, ungkap Akademisi Akuntansi Nahdlatul Ulama Indonesia.
Tujuan metode fenomenologi adalah mengetahui bagaimana kita menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) dan untuk merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan social (Rini Sudarmanti, 2005)
Mempelajari bagaimana fenomena manusia yang berpengalaman dalam kesadaran, dalam tindakan kognitif dan persepsi, serta bagaimana mereka dapat memberi nilai atau dan bagaimana memberi penghargaan. Fenomenologi berusaha untuk memahami bagaimana orang membangun makna dan konsep kunci inter-subjektivitas.
Dan pengalaman di dunia berdasarkan pemikiran, adalah intersubjektif karena kita mengalami dunia dan juga melalui orang lain, bebernya.
Dalam kesempatan itu, ia juga memaparkan hasil penelitiannya dengan menggunakan metode fenomenologi dengan judul Strengthening the Auditor Ethics with Bugis Culture Value in Phenomenology Perspective at Makassar-Indonesia (Lannai & Prabowo 2016).
Tujuan penelitian ini mengeksplorasi budaya dan akuntansi khususnya Penguatan Etika Auditor dengan Nilai Budaya Bugis dalam Perspektif Fenomenologi di Kota Makassar. Metode analisis data adalah pendekatan fenomenologis. Peneliti mencoba memahami makna perilaku Akuntan dan keterkaitannya dengan budaya Bugis.
“Temuan penelitian menunjukkan bahwa nilai budaya memiliki kesamaan dengan kode etik. Sistem budaya Bugis juga mempunyai nilai yang berbeda dengan kode etik auditor. Peneliti memandang nilai-nilai ada tongeng (kebenaran), warani (keberanian), dan reso (usaha) sangat penting bagi independensi auditor dalam mengeluarkan opini atas laporan audit”, terang Aras.
Tinggalkan Balasan