banner 600x50

Di tepi sungai yang tenang, hiduplah sebatang pohon besar yang menjulang tinggi. Di bawah naungannya, seorang ayah tua duduk bersama tiga anaknya yang riang bermain.

Laporan: Edy Basri

PRIA bertubuh gempal itu, Pak Joko, telah menjalani hidupnya sebatang kara setelah kepergian istrinya, Ibu Siti, yang meninggal karena sakit yang tak bisa diobati.

Pak Joko adalah seorang yang tegar. Setelah kehilangan cinta sejatinya, dia memilih untuk tidak menikah lagi.

Baginya, masa depan adalah tentang mengasuh anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.

Anak-anaknya—Dinda, Dodi, dan Dini—adalah sumber kebahagiaannya. Mereka adalah titik terang di tengah hening yang melingkupi kehilangan yang mendalam.

banner 250x250

Setiap hari, Pak Joko mengajar anak-anaknya tentang kehidupan. Dia seperti sebatang pohon yang tegar di tepi sungai, memberi naungan, perlindungan, dan hikmah kepada mereka.

Dinda, anak tertua yang bijaksana, belajar memasak dari ayahnya. Dodi, yang suka berpetualang, sering kali diajak ayahnya menjelajahi hutan di sekitar sungai.

Sedangkan Dini, si bungsu yang ceria, selalu mendapat pelukan hangat saat tertidur di pangkuan ayahnya.

Saat matahari terbenam, Pak Joko duduk di tepi sungai bersama anak-anaknya.

Mereka menikmati cahaya senja yang memantul di permukaan air.

Di dalam hati Pak Joko, ada kesedihan yang terpendam, tapi juga ada kebahagiaan yang tumbuh dari kebersamaan mereka.

Dia seperti pohon yang menyerap sinar matahari dan memberi kehidupan pada sekelilingnya.

Suatu hari, ketika anak-anaknya telah dewasa dan mengejar impian masing-masing, Pak Joko duduk sendirian di bawah sebatang pohon di tepi sungai.

Dia tersenyum melihat bagaimana anak-anaknya telah tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan baik.
Meskipun sebatang pohon tak pernah bisa menggantikan kehadiran sang ibu, Pak Joko merasa dirinya kaya karena memiliki cinta sejati dalam bentuk anak-anaknya.

Di malam yang sunyi, bintang-bintang berkelap-kelip di langit. Pak Joko menatapnya dengan damai.