banner 600x50

Warga yang terbangun dari tidur, terpaksa berlarian untuk menyelamatkan barang-barang berharga dan keluarga mereka.
Rasa panik menyebar seperti api dalam tumpukan jerami, menambah beban yang sudah berat di pundak mereka.

Setelah 24 jam menanti, air pun mulai surut, tetapi kerusakan yang ditinggalkannya menambah beban yang tak tertanggungkan.

Tanah-tanah pertanian yang menjadi sumber kehidupan bagi warga kampale kini, tenggelam dalam lumpur.

Kebun-kebun yang sebelumnya hijau dan subur kini menjadi hamparan tanah berwarna coklat kehitaman, di mana setiap tanaman yang pernah tumbuh harus merelakan hidupnya.

Kebangkitan pagi membawa pemandangan yang memilukan. Warga desa memulai hari dengan menelusuri jejak-jejak kehancuran, mencari-cari barang-barang yang mungkin masih bisa diselamatkan.

Tangisan anak-anak yang kedinginan dan suara ibu-ibu yang berdoa di tengah puing-puing rumah mereka menambah derita yang sudah dirasakan.

banner 250x250

“Rasa sakit ini sangat mendalam, suda berkali-kali, bantu kami ya Tuhan,” tutur Nasriadi, seorang ayah yang melihat sawahnya hancur.

Padahal, Nasriadi dan warga Desa Kampale lainnya, baru saja mulai bangkit dari bencana sebelumnya, dan kini kami harus mulai dari awal lagi.

Tidak hanya rumah yang hancur, namun akses menuju desa juga terputus.

Jalan-jalan yang dulunya menjadi penghubung utama kini dipenuhi lumpur dan puing-puing, membuat distribusi bantuan menjadi semakin sulit.

Para petugas dari pemerintah dan relawan harus bekerja keras, bergelut dengan kondisi yang berat, untuk menyediakan kebutuhan mendasar bagi warga yang sangat membutuhkan.

Pemerintah setempat telah mengerahkan tim tanggap darurat untuk melakukan evaluasi kerusakan dan memulai proses rehabilitasi.

Namun, seperti biasa, proses ini memerlukan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.