Jakarta, katasulsel.com — Di luar angkasa, jauh dari cengkraman Bumi, Butch Wilmore dan Sunita Williams sedang menjalani drama kosmik yang tak terduga.
Dimulai pada 5 Juni dengan harapan cerah, misi singkat yang seharusnya hanya 8 hari, kini telah membentang menjadi petualangan tak berujung yang melawan hukum gravitasi dan harapan manusia.
Keduanya terjebak dalam pelayaran tak terencana di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) setelah pesawat Starliner mereka menghadapi masalah teknis yang misterius.
Seperti bintang yang terjebak dalam orbitnya, mereka melayang di ruang kosong yang menakjubkan, menyaksikan keindahan Bumi dari balik jendela, namun terikat dalam rutinitas sehari-hari yang penuh tekanan.
Mengingat keindahan langit dan kesunyian bintang-bintang, mungkin sulit untuk membayangkan bahwa mereka tidak dapat pulang ke rumah dalam waktu dekat.
Namun, kenyataannya, hidup mereka kini bergantung pada keputusan yang diambil oleh para insinyur dan birokrat di Bumi.
Ketika Starliner, pesawat luar angkasa yang penuh harapan, mengalami kegagalan pendorong yang tiba-tiba dan kebocoran helium yang tak terhitung jumlahnya, pesawat itu terpaksa terhenti di tengah perjalanan pulang.
Akibatnya, Wilmore dan Williams harus memperpanjang tinggal mereka di ISS, melakukan eksperimen ilmiah dan pemeliharaan stasiun sambil menunggu nasib mereka yang belum pasti.
Kehidupan sehari-hari mereka di ruang stasiun yang penuh tekanan—dengan tugas-tugas yang membosankan seperti pemeliharaan toilet dan penggantian pompa—bisa saja mengecewakan jika tidak diredam dengan semangat dan ketahanan.
Mereka harus bekerja di laboratorium yang berputar di atas Bumi, melaksanakan eksperimen untuk memahami bagaimana tubuh manusia beradaptasi dengan mikrogravitasi, serta proyek-proyek inovatif seperti pengembangan serat optik berkualitas tinggi dan pemeliharaan tanaman di luar angkasa.
Momen-momen dramatis juga mewarnai perjalanan mereka. Pada suatu titik, sebuah satelit pecah di dekat stasiun, memaksa seluruh kru untuk bersiap menghadapi kemungkinan evakuasi mendalam.
Bayangkan, di tengah ketegangan yang melingkupi ruang angkasa, dua astronot ini harus siap meluncur keluar dari stasiun jika puing-puing yang melayang menimbulkan ancaman.
Tinggalkan Balasan