banner 650x65

Di sebuah desa kecil yang terlupakan waktu, ada sebuah rumah tua yang terletak di ujung jalan setapak. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk menampung kisah-kisah lama dan kesedihan yang mendalam.

Laporan: Edy Basri (Pemred Katasulsel.com)

DI SINILAH Arif (Maaf, ini bukan nama yang sebenarnya), seorang pria tua dengan rambut putih seperti salju yang jatuh di musim dingin, menghabiskan hari-harinya yang hampa.

Saat sore menyapa dengan sinar matahari yang meredup, Arif duduk di depan jendela yang bergetar oleh angin dingin.

Hujan turun perlahan, menetes seperti air mata dari langit yang tak pernah berhenti menangis.

Setiap tetes hujan yang jatuh membentuk riak-riak kecil di genangan air di halaman, seolah-olah dunia ingin mengungkapkan rasa sakit yang tak tertandingi.

“Tidurlah dik, agar tak lagi terasa laparmu,” kata Arif dengan suara lembut, seolah mengobati kenangan yang menyakitkan.

Dalam pelukan malam yang dingin, ia membayangkan adik perempuannya yang telah lama tiada. Setiap tahun, di hari-hari seperti ini, kenangan itu kembali menghampirinya, seperti bayangan yang tak bisa dihindari.

Sebelum tidur, Arif sering kali menatap bintang-bintang yang tersembunyi di balik awan gelap.

Bintang-bintang yang tampaknya begitu dekat, tetapi begitu jauh untuk dijangkau.

Sama seperti harapan yang pernah ia miliki – harapan untuk kebebasan dan kebahagiaan yang sepertinya hanya merupakan ilusi.

Ia selalu berdoa, berharap bahwa adiknya dapat merasakan kedamaian di tempat lain, jauh dari kesedihan yang mengikatnya di sini.

Di tengah malam yang sunyi, suara angin yang berdesir seperti bisikan lembut dari masa lalu, Arif merenungkan nasibnya.

“Lupakan Hari Kemerdekaan,” bisiknya pada diri sendiri. “Karena memang kita tak PERNAH MERDEKA.”

Kata-kata itu bukan hanya sekadar pernyataan, tetapi sebuah pengakuan akan realitas yang tak pernah bisa diubah.

Di dalam hatinya, Arif merasa terkurung dalam sangkar emas yang penuh dengan kenangan pahit.

Dia lahir dan dibesarkan di tempat yang tidak pernah memberi kebebasan sejati.

banner 650x650