banner 650x65

Tempat yang menjanjikan kemerdekaan tetapi hanya menawarkan ilusi, seperti melamun dalam mimpi yang tak pernah menjadi kenyataan.

Dia mengingat masa lalu dengan penuh kesedihan, dengan kesadaran bahwa segala yang pernah ia anggap sebagai harapan hanyalah cermin yang retak.

Dalam keremangan malam, saat semua orang terlelap dalam mimpi mereka, Arif melanjutkan ritualnya – menatap langit, berbicara pada bintang-bintang, dan berdoa dalam diam.

Suaranya yang lembut melawan kesunyian malam adalah bentuk terakhir dari penghiburan yang bisa dia berikan pada dirinya sendiri.

Mungkin, di ujung malam yang panjang, ada harapan kecil bahwa suatu hari nanti, meskipun tidak di sini, kebebasan sejati akan menjadi miliknya juga.

Namun, sampai saat itu datang, Arif terus melanjutkan hidup dengan kesedihan yang tak pernah benar-benar hilang, di bawah hujan musim gugur yang menetes dengan lembut, seolah ingin menghapus jejak-jejak lama yang tak bisa dihapus.

Dan dalam kesunyian malam yang terus-menerus, satu hal yang tetap pasti: di rumah tua itu, kesedihan dan kenangan akan selalu menjadi teman setia.

Pembaca yang budiman, seperti biasa, saya harus menjelaskan bahwa tulisan di atas hanyalah fiksi. Jadi, mohon maaf apabila ada kesesuian nama dan alamat. Meski begitu, ada banyak hal yang dapat dipetik menyambut HUT Kemerdekaan RI ini. (*)

banner 650x650