Bulukumba, Katasulsel.com – Festival Pinisi ke-14 tahun ini tidak hanya menawarkan keindahan kapal tradisional yang mengambang megah di laut Bulukumba, tetapi juga memukau dengan kehadiran salah satu ritual paling mistis dan unik dari tanah Kajang: Ritual Andingingi.
Acara tahunan ini mengungkapkan lebih dari sekadar pesona wisata bahari; ia menampilkan kekayaan budaya yang belum banyak dikenal.
Andingingi, sebuah ritual yang artinya ‘mendinginkan’, adalah warisan suku Kajang yang melibatkan doa dan upacara untuk meminta berkah dan keselamatan dalam pengelolaan sumber daya alam.
Dari pertanian hingga perkebunan, ritual ini dipercaya mendatangkan hujan yang sangat dibutuhkan untuk hasil panen yang melimpah. Lebih dari itu, Andingingi adalah penghubung spiritual dengan alam, menjalin hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan.
Bupati Andi Utta: Pelindung Budaya yang Berkomitmen
Di tengah suasana hutan adat yang asri, Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf—atau yang akrab disapa Andi Utta—kembali menunjukkan dedikasinya terhadap pelestarian budaya.
Bersama istri tercintanya, Andi Herfida Muchtar yang juga Kadis Kebudayaan Makassar, Andi Utta memimpin upacara yang dihadiri oleh sejumlah pejabat penting termasuk anggota DPRD dan unsur Forkopimda.
“Andingingi adalah kekayaan budaya asli Kajang yang harus kita jaga dan lestarikan,”
“Kami berkomitmen untuk memasukkan ritual ini dalam Kalender Even Nasional sebagai bagian integral dari Festival Pinisi. Ini adalah kesempatan bagi dunia untuk menyaksikan dan merasakan keunikan budaya Bulukumba,” kata Andi Utta.
Prof Yusran Jusuf, Anggota Dewan Kebudayaan Kota Makassar dan akademisi Unhas, juga memberikan pujian tinggi terhadap ritual ini.
“Saya merasa terkejut dan sangat terkesan karena ritual Andingingi tidak hanya sebagai doa, tetapi juga merupakan bentuk komunikasi harmonis dengan alam. Masyarakat dan pemerintah bersama-sama mengikuti ritual ini dengan penuh khidmat,” akunya.
Menurut Prof Yusran, Andingingi bukan hanya tentang pelestarian budaya, tetapi juga tentang menciptakan suasana damai dan aman. “Pesan Ammatoa adalah pentingnya sikap sopan terhadap alam dan sesama manusia untuk menjaga keseimbangan,” jelasnya.
Ritual Andingingi bukan hanya sebuah acara; ia adalah jendela ke dalam dunia spiritual dan budaya yang jarang ditemui.
Bagi Anda yang mencintai keunikan budaya dan bersemangat untuk melestarikan tradisi, Andingingi adalah contoh nyata dari kekayaan budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan keajaiban budaya ini setiap tahun di Festival Pinisi—karena keajaiban Andingingi mungkin saja menjadi salah satu sorotan utama dalam agenda wisata nasional kita! (*)
Tinggalkan Balasan