banner 650x65

Di sebuah sudut kota Sengkang, Wajo yang tidak terlalu ramai, terdapat sebuah ‘ruang belajar’ kecil yang dipenuhi semangat.

Bukan ruang kelas, namun seperti tempat ibadah yang disulap dadakan untuk belajar privat. Maklum, Aula sekolahnya sementara di rehab. Mungkin belum kelar.

Di dalamnya, sekelompok siswa berkumpul, penuh antusiasme, untuk mengikuti kelas privat menulis berita yang saya ajarkan setelah kemarin tiba dari Sidrap.

Menatapnya satu-persatu, sepertinya mereka datang dengan harapan dan rasa ingin tahu, membawa cerita yang ingin mereka sampaikan kepada dunia.

Dalam sesi pertama, saya mengenalkan mereka pada unsur berita, tentang—apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana.

Ya, saya katakan ke siswa, menulis berita itu seperti merangkai puzzle. Saya jelaskan tentang itu sambil menunjukkan contoh berita yang menarik.

“Setiap potongan informasi harus pas, agar pembaca bisa memahami cerita kita,” kata saya lagi.

Seiring waktu, suasana kelas semakin hidup. Para siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mulai menggali pengalaman pribadi mereka.

“Cobalah untuk menulis tentang sesuatu yang dekat dengan hati kalian. Setiap orang memiliki suara unik yang layak didengar,” saya nasihatkan.

Setelah beberapa sesi, mereka mulai menyusun berita pertamanya.

Ada yang memilih menulis tentang kegiatan komunitas di lingkungan mereka, sementara yang lain menceritakan tentang upaya menjaga kebersihan sekolah.

Ketika tulisan mereka dibaca, sorot mata mereka menunjukkan kebanggaan.

Ternyata, menulis berita bukanlah hal yang mustahil. “Privat, ternyata bisa!” seru salah satu siswa dengan penuh semangat.

Kelas ini tidak hanya menghasilkan tulisan, tetapi juga membentuk kepercayaan diri. Dalam suasana yang mendukung, mereka belajar bahwa suara mereka penting dan bisa memberikan dampak.

“Menulis adalah cara kita bercerita kepada dunia,” saya tutup dengan hangat, merasa bangga akan perkembangan mereka.

Bagi saya, ruang belajar kecil ini memang sederhana dan sedikit pengab, namun disinilah perjalanan mereka terangkai.

Dari ketidakpastian menuju pencapaian, mereka memahami bahwa dengan latihan dan bimbingan yang tepat, setiap orang bisa menjadi penulis berita yang handal.

Dan siapa tahu, mungkin suatu hari, tulisan-tulisan mereka akan menginspirasi orang lain. Semoga ya!

Oh ya, setelah di Wajo – tur saya dengan misi kelas privat jurnalistik ini nantinya berlanjut di Kabupaten tetangga lainnya, Bone dan Soppeng. Nantikan yah!(*)

banner 650x650