Makassar, katasulsel.com — Bintang Puspayoga. Namanya bersinar. Di antara kelamnya kabar dari Sulawesi Selatan.
Ada derita. Ada luka. Ada cerita yang tidak ingin didengar siapa pun. Tapi harus.
Ia, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahu betul.
Ini bukan soal jabatan. Ini soal hati. Ketika santri di Pesantren Tahfidzul Quran Al-Imam Ashim di Makassar dianiaya.
Ketika anak berusia 11 tahun di Gowa direnggut haknya, oleh tangan-tangan kotor.
Dunia seolah runtuh bagi mereka. Tapi, Bintang tak datang untuk bersedih. Ia datang membawa harapan.
Hari Rabu itu, 9 Oktober 2024, ia tiba di UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sulsel.
Dengan langkah pasti. Ditemani Andi Mirna, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Provinsi Sulsel.
Mereka tidak sekadar datang. Mereka datang untuk memastikan.
Bahwa korban tidak hanya dibiarkan tenggelam dalam derita. Mereka akan dibantu. Didampingi.
Bintang bicara langsung dengan para korban.
Tangan kecil mereka digenggam. Mata yang basah ia tatap. Ia tak perlu berkata banyak.
Tatapannya cukup untuk memberi kekuatan. Bahwa mereka tidak sendirian. Bahwa ada orang yang peduli. Bahwa negara hadir.
Tinggalkan Balasan