“Kita butuh lebih dari sekadar kata-kata,” ujarnya. “Trauma tidak sembuh hanya dengan waktu. Kita butuh ahli. Butuh psikolog untuk menyentuh hati yang hancur.”
Ia paham benar. Luka di jiwa lebih dalam dari yang terlihat. Pendampingan, bukan hanya soal formalitas.
Ini soal hidup-mati jiwa. Dan, pendampingan itu harus menyeluruh. Tidak ada yang bisa ditinggalkan.
Bukan hanya korban, tapi juga keluarganya. Mereka semua harus kuat. Semua harus didukung.
Di akhir kunjungan, Bintang tidak hanya membawa janji.
Ia membawa bantuan. Spesifik untuk para korban. Uang tabungan diserahkan. Seperti menyiram tanaman yang layu. Memberi napas baru.
“Bantuan ini untuk meringankan beban. Ini tanda bahwa kita ada di sini, bersama mereka,” ujarnya.
Bintang kembali melangkah pergi. Tapi langkahnya menyisakan harapan.
Di balik awan kelam itu, ada bintang yang bersinar. Menjadi cahaya. Membawa janji bahwa masa depan masih mungkin terbit kembali.(edybasri)
Tinggalkan Balasan