Sidrap, Katasulsel.com — Calon bupati Sidrap, nomor urut 2, Syaharuddin Alrif kembali bersilaturahmi dengan masyarakat. Kali ini berlangsung di Allesalewoe dan Cellengengnge, Kecamatan Panca Lautang, Senin, 14 Oktober 2024.
Sore itu, kampung yang biasa sepi ini, riuh dengan kedatangan sang calon pemimpin Sidrap. Warga, terutama para petani dan nelayan di wilayah itu, rela berdiri di tepi jalan, menyambut Syaharuddin dengan tangan terbuka.
Tatapan penuh harap terbayang di wajah mereka. Apa yang akan disampaikan calon bupati ini? Pertemuan itu menjadi semacam angin yang membawa janji perubahan, terhembus lembut di telinga warga yang sudah lama menanti.
“Kalau saya terpilih jadi bupati Sidrap,” ucap Syaharuddin dengan mantap, “saya akan bebaskan nelayan dari segala aturan yang hanya membebani mereka. Tidak akan ada lagi istilah ‘ongko’ di danau itu, tidak ada kavling-kavling. Semua nelayan bebas menangkap ikan dengan nyaman dan aman.”
Janji yang ia lontarkan seperti manisnya angin laut di sore hari, menggema di telinga warga. Kata “bebas” seolah jadi kunci pembuka, membuat nelayan kembali bermimpi, merajut harapan di atas perahu-perahu kecil yang berlabuh di pinggir danau.
Bukan hanya janji kebebasan. Syaharuddin juga merencanakan penambahan jumlah kelompok perikanan. Tak ingin ada yang tertinggal, ia berkomitmen agar bantuan alat tangkap ikan benar-benar sampai kepada semua nelayan, bukan hanya segelintir orang.
“Supaya nanti, kalau alat tangkap ikan datang, yang dapat bukan hanya itu-itu saja. Semua nelayan harus dapat,” katanya. Suaranya seperti ombak kecil yang menerjang karang, tegas dan yakin.
Syaharuddin juga berbicara tentang masalah yang sudah lama menghantui para nelayan: ikan tokek—hama yang merusak ekosistem dan membuat tangkapan berkurang. Dengan nada tegas, ia menyerukan ajakan bersama untuk memberantas ikan tokek, terutama saat air danau surut.
Tapi, bukan hanya soal memerangi. Ketika air danau pasang, ia berjanji untuk menebar benih ikan air tawar. “Kalau saya jadi bupati, saya akan pastikan 500 ribu benih ikan disebar di setiap desa yang berada di pesisir danau,” katanya, seolah menabur harapan bagi masa depan yang lebih baik. Ikan akan tumbuh, berkembang, dan menjadi sumber rezeki baru bagi nelayan.
Sorak sorai warga yang mendengar janji-janji itu terdengar seperti doa. Angin sore membawa mereka terbang melampaui batas-batas realita yang selama ini mengikat.
Masalah ikan tokek bukan yang terakhir. Syaharuddin juga menyentuh soal ikan sapu-sapu—ikan yang dianggap sampah di perairan. Tapi di tangan calon bupati ini, sampah bisa jadi ‘emas’.
Syaharuddin berjanji untuk menggandeng ilmuwan, dinas kesehatan, dan dinas peternakan untuk mencari cara agar ikan sapu-sapu memiliki nilai manfaat. Tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang mubazir.
Di ujung pertemuan itu, langit sore Allesalewoe perlahan meredup. Janji-janji Syaharuddin menggaung, menyelinap ke dalam hati setiap warga yang hadir. Di balik wajah-wajah mereka yang lelah, tersimpan asa baru. Harapan untuk Sidrap yang lebih baik.
Harapan yang, jika janji itu ditepati, bisa membawa mereka dari hari ini menuju hari esok yang lebih cerah. Olehnya, masyarakat Sidrap sedang menunggu, tak terkecuali warga di Allesalewo dan Callengengnge ini (*)
Tinggalkan Balasan