banner 600x50

Sidrap, Katasulsel.com — Selasa malam, 15 Oktober 2024 itu, terasa berbeda di Desa Lise, Kecamatan Panca Lautang. Bulan mengintip malu di balik awan, namun tidak mengurangi hangatnya suasana. Di tengah hamparan sawah yang sunyi, panggung kampanye Muh Yusuf Dollah berdiri, bukan sekadar untuk berorasi, tapi untuk bercengkerama, menonton bola, dan memimpikan masa depan Sidrap.

Muh Yusuf Dollah, pria yang akrab dipanggil dengan sapaan hangat “Yusuf”, tak sekadar datang untuk berkampanye. Ia datang membawa layar besar, mengajak warga desa nonton bareng (nobar) pertandingan AFC Asian Qualifiers. Ini bukan kampanye biasa, ini adalah kampanye yang terasa seperti acara keluarga besar. Warga datang, duduk beralaskan tikar, bersandar di teras rumah, menyaksikan sepak bola sambil bercengkerama dengan calon pemimpin mereka.

Di sela-sela teriakan gol yang menggema, dialog antara Yusuf dan warga pun mengalir. Bukan sekadar obrolan ringan, tapi perbincangan tentang masa depan. Sidrap yang mereka bayangkan. Apa yang akan berubah? Apa yang akan diperjuangkan?

Warga bertanya. Yusuf menjawab. Ada senyum, ada harap, ada juga kritis yang disampaikan dengan hormat. Tapi, Yusuf tak gentar. Dengan senyum penuh keyakinan, ia menjawab satu demi satu, lalu memaparkan program-program unggulannya. Program-program yang dijanjikan bukan sekadar janji. Setiap kata yang terucap menggambarkan sebuah jalan yang akan ditempuh, sebuah perubahan yang akan dilakukan.

PBB Gratis, Keringanan bagi Warga Miskin

“Tanah kita, rumah kita, tak perlu lagi kita bayar pajaknya,” ujar Yusuf. Bagi warga yang nilai objek pajaknya di bawah Rp 50.000,-, pajak mereka akan dihapus. Tidak ada lagi beban pajak untuk mereka yang berjuang keras hanya untuk sekadar bertahan hidup. Ini bukan sekadar janji, tapi Yusuf berbicara dengan tekad yang tertanam dalam.

Listrik Gratis 450-900 KWH

“Rumah-rumah kita akan terang,” katanya lagi. Yusuf memahami, listrik bukanlah barang mewah, tapi kebutuhan. Maka, bagi mereka yang menggunakan listrik di bawah 900 KWH, tagihan listrik akan menjadi nol. Gratis. Tidak ada lagi malam-malam gelap, tidak ada lagi khawatir menghitung meteran listrik.

1.000 Bedah Rumah

Warga pun tersenyum mendengar janji ini. Rumah-rumah yang kini miring dan hampir roboh, akan diubah menjadi rumah layak huni. “Seribu rumah setiap tahun, tanpa biaya,” ujar Yusuf. Rumah bukan sekadar bangunan, tapi tempat berteduh. Dan Yusuf berjanji, tidak ada lagi keluarga di Sidrap yang tinggal di rumah yang tak layak.

Pengobatan dan Layanan Antar-Jemput

Warga semakin tergerak ketika Yusuf berbicara tentang kesehatan. Semua orang tahu, sakit bukan hanya masalah fisik, tapi juga masalah biaya. Maka, ia menjanjikan pengobatan gratis. “Tak perlu lagi kalian bingung soal biaya. Bahkan, jika kalian sakit dan tak bisa datang ke rumah sakit, kami akan jemput,” janji Yusuf, disambut tepuk tangan warga.

Seragam Sekolah Gratis

Di tengah penonton, seorang ibu tersenyum mendengar program ini. Ia membayangkan anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, tak lagi perlu khawatir soal seragam. Setiap anak dari keluarga miskin akan mendapat seragam gratis. Yusuf mengerti, pendidikan adalah fondasi. Dan ia ingin setiap anak di Sidrap bersekolah dengan bangga, tanpa terbebani oleh masalah kecil seperti seragam.

Jalan dan Jembatan untuk Semua

Tak hanya soal kesehatan dan pendidikan, Yusuf juga memaparkan visinya tentang infrastruktur. “Rp 5 miliar untuk setiap kecamatan setiap tahun. Jalan dan jembatan akan kita bangun,” ujarnya. Mimpi Yusuf adalah Sidrap yang terhubung, yang tak terisolasi. Jalan-jalan yang mulus, jembatan-jembatan yang kokoh, semua untuk mempermudah kehidupan warga.

Kesejahteraan untuk Imam dan Guru Mengaji

Dan, yang tak kalah penting, Yusuf menutup kampanyenya dengan janji bagi mereka yang membimbing rohani dan moral warga. Para imam, pegawai syara, dan guru mengaji akan mendapatkan tunjangan khusus. “Ini bentuk terima kasih kami kepada mereka,” kata Yusuf. Sosok-sosok ini adalah penjaga jiwa masyarakat, dan Yusuf berjanji mereka tak akan dibiarkan berjuang sendiri.

Malam itu, Muh Yusuf Dollah bukan hanya menonton bola bersama warga. Ia menonton masa depan bersama mereka, membicarakan impian-impian yang akan diwujudkan. Di bawah sinar bulan yang akhirnya menampakkan diri, warga Lise pulang dengan harapan baru. Mungkin, Sidrap yang mereka impikan akan segera menjadi nyata.(*)