Sebagai perwira, Awaloeddin paham soal strategi. Setiap pertempuran, sekecil apa pun, menuntut analisis mendalam. Ia tahu Timnas Indonesia sedang dalam masa transisi.
Pasukan muda Shin Tae-yong baru saja lolos dari jebakan Bahrain. Skor imbang 2-2 di Riffa. Ketat. Melelahkan. Tapi justru di situ letak kekuatannya.
“Mental anak-anak muda ini sedang keras-kerasnya. Seperti baja yang ditempa panas. Jangan remehkan Garuda,” katanya lagi.
Keyakinan itu terpancar. “Energi mereka bukan sekadar soal fisik atau teknik. Ini soal hati yang membara.”
Awaloeddin menatap kosong, tapi penuh arti. Ia tahu China punya sejarah panjang. Negara besar di Asia. Raksasa. Namun, setiap raksasa punya titik lemahnya.
Dan ia yakin, Shin Tae-yong, sang komandan di lapangan hijau, tahu bagaimana mencari celah itu. “Skor tipis. 1-0 cukup. Kadang dalam pertempuran, satu peluru lebih menentukan dari ribuan meriam.”
Malam nanti, Stadion Qingdao akan jadi ajang pertarungan besar. Di sana, ribuan suporter China menanti dengan gemuruh. Tapi di mata Awaloeddin, mereka hanya sebuah ujian kecil bagi Garuda yang terbang tinggi.
Dia berdiri, menghabiskan kopinya. Senja mulai menyelimuti Sidrap. Di kejauhan, suara televisi menyala, mengumumkan persiapan pertandingan.
Garuda melawan Naga. Bisakah Garuda terbang lebih tinggi malam nanti? Kita tunggu jawabannya. Sementara, di Sidrap, Letkol Awaloeddin sudah yakin. Garuda akan menang. Tepat.
Tinggalkan Balasan