banner 600x50

Ada yang selalu dinanti setiap pagi di sudut Jl. Ratulangi, Pangkajene. Nasi kuning Hj. Norma, penjual sarapan paling ramah di kawasan itu. Namun pagi ini, ada yang lebih menarik dari sekadar sepiring nasi hangat.

Oleh: Harianto dan Tipoe Sultan

“Saya sudah kenal Syahar sejak dia kecil,” ujar Hj. Norma memulai cerita, senyum tersungging. “Anak Haji Ali dan Hj. Rifa itu, dari dulu memang beda.”

Di kalangan warga, Syahar—begitu ia akrab disapa—bukan sekadar nama.

Ia adalah cermin orang tuanya. Ramah. Sopan. Patuh pada orang tua.

“Mungkin itu turunan. Orang tuanya juga begitu,” kata Hj. Norma dengan mata berbinar, ingatannya melompat ke masa lampau.

Rumah Syahar tak jauh dari sini, di Jl. Lapadda. Setiap hari ia melewati gang-gang kecil, menyapa siapa pun yang ia temui. Tak ada yang tidak mengenal senyum Syahar.

“Kalau dia ketemu orang, pasti disapa. Gak ada pilih-pilih. Kaya atau miskin, semua dia anggap saudara.”

Lalu, Hj. Norma diam sejenak. Mungkin sedang memikirkan masa-masa ketika Syahar masih remaja, membantu orang tuanya, menjaga silaturahmi.

“Dia itu anak yang rajin. Dari kecil sudah dibiasakan kerja keras. Orang tuanya menanamkan nilai agama yang kuat, jadi jangan heran kalau Syahar sekarang taat dan berjiwa sosial.”

Syahar kini mencalonkan diri sebagai Bupati Sidrap.

Ada yang berubah dari Syahar? “Tidak, sama sekali tidak. Meski sekarang jadi pejabat, dia tetap Syahar yang dulu,” Hj. Norma tersenyum lagi, matanya menatap jauh.

“Kalau bicara program-programnya, Syahar itu tahu betul apa yang dibutuhkan rakyat. Semua programnya mengarah ke perbaikan hidup masyarakat kecil. Itu yang saya suka.”

Hj. Norma tak ragu memberikan dukungannya. Bukan karena tetangga dekat, tapi karena ia yakin Syahar membawa kebaikan bagi Sidrap.

“Orang seperti Syahar ini yang kita butuhkan. Pemimpin yang tahu bagaimana rasanya hidup di bawah, yang paham apa arti kerja keras.”

Di sudut Jl. Ratulangi, ketika matahari pagi masih malu-malu muncul, Hj. Norma terus mengingat Syahar sebagai tetangga baik, pemuda ulet, calon pemimpin yang tidak hanya pandai bicara, tapi juga mendengar.

“Kalau dia menang, saya yakin Sidrap akan lebih baik,” ujarnya dengan keyakinan yang dalam.

Kehidupan mungkin tak akan banyak berubah bagi Hj. Norma. Nasi kuningnya akan tetap dijual di sini, di tempat yang sama.

Tapi bagi Sidrap, kehadiran Syahar mungkin membawa perubahan yang tak akan terlupakan. (*)