Bone, Katasulsel.com — Jam masih menunjukkan pukul 02.30 WITA. Malam yang sunyi mendadak pecah. Suara api memekik, menjilati langit malam yang gelap di Dusun Lapong Pakke, Desa Laponrong, Kecamatan Amali, Kabupaten Bone.
Dua rumah, yang sebelumnya berdiri dengan tenang, kini berubah jadi tumpukan arang. Bau hangus menyelimuti udara, mencampur aduk dengan kesedihan.
Perempuan itu, Daya, 60 tahun, tertidur pulas di dalam rumah kayunya. Ia tak pernah menyangka malam itu menjadi malam terakhirnya.
Tubuhnya ditemukan tak utuh, bagian dada hingga kepala hangus terbakar. Hammadiya, suaminya, yang berusia 70 tahun, hanya bisa pasrah. Hancur sudah harapan hidup bersama di usia senja.
“Api pertama kali terlihat menjalar dari atap,” ujar seorang anggota keluarga, matanya berkaca-kaca. “Saya terbangun karena kepanasan, saat itulah saya lihat api sudah melahap rumah.”
Dua rumah hancur. Satu milik Hammadiya, rumah kayu yang sederhana. Satu lagi semi permanen, milik Bungatang, tetangganya yang juga 60 tahun.
Tidak ada yang tersisa. Sepeda motor yang biasanya terparkir rapi di halaman kini lenyap. Uang tunai yang disimpan untuk kebutuhan hari tua, berubah menjadi abu. Kerugian? Rp300 juta, tapi apa artinya uang ketika nyawa yang melayang?
Kapolres Bone, AKBP Erwin Syah, melalui Plt Kasi Humas Iptu Rayendra Muchtar, menyatakan dugaan sementara: korsleting listrik. Listrik, penemuannya dulu menyelamatkan dunia, tapi malam itu, ia menjadi musuh dalam selimut.
Api menjalar cepat, terlalu cepat bagi siapa pun untuk menyadarinya. Tak ada waktu untuk lari, tak ada kesempatan untuk menyelamatkan apa pun.
Petugas pemadam kebakaran datang, membawa dua mobil damkar, dari Unit Tellu Siattinge dan Unit Ulaweng. Mereka tiba saat api sudah melahap separuh rumah. Butuh satu jam penuh hingga api benar-benar padam, tapi kehangusan sudah terlanjur mendominasi.
Duka menyelimuti Dusun Lapong Pakke. Peristiwa ini bukan sekadar tentang kebakaran, ini adalah peringatan. Sebuah alarm diam-diam, mengingatkan bahwa kita sering lupa pada bahaya yang mengintai di dalam rumah. Listrik, yang selama ini kita andalkan, bisa saja berkhianat. Tidak ada yang tahu kapan musibah akan datang.
Prosesi pemakaman tengah disiapkan. Tangisan keluarga menjadi saksi, bahwa malam itu, kebakaran bukan sekadar menghanguskan dua rumah. Lebih dari itu, ia mengambil seorang istri, seorang ibu, seorang anggota keluarga. Dan dengan itu, malam yang dingin di Bone berubah menjadi lebih dingin, meninggalkan jejak trauma dan luka yang tak mudah sembuh.
Kita semua diingatkan, periksa lagi instalasi listrik, pastikan semuanya aman. Jangan sampai malam gelap berubah menjadi malam penuh api.(*)
Tinggalkan Balasan