banner 600x50

Sidrap, Katasulsel.com — Di Kota Kecil di Sulawesi Selatan, Sidrap, harapan baru terlahir. 

Aplikasi Screening Mandiri Mobile, atau SM2, lahir dari tangan-tangan dingin para akademisi muda. 

Tak ada gebyar, tak ada gemerlap. Namun, di balik layar, SM2 menyimpan potensi besar untuk melawan salah satu musuh terbesar manusia: HIV/AIDS.

Di kampus ITKeS Sidrap, ide ini diramu. Mereka adalah tim yang solid, dipimpin oleh Dr. Ishak Kenre. 

Bukan hanya teori di kelas, tapi aksi nyata di lapangan. Ishak tak sendiri. Bersamanya, ada Bd. Hj. Fitriani dan Ns. Murtini. 

Dan tentu, tak lupa, dua mahasiswa yang menjadi penyambung lidah ke generasi muda: Muhammad Faras Salim dan A. Muh. Arya Ananda Putra. Seolah kapal kecil yang berlayar di lautan luas, mereka membawa misi besar.

banner 250x250

SM2 bukan sekadar aplikasi. Ia adalah jendela kecil untuk mendeteksi risiko HIV/AIDS. 

Masyarakat bisa mengaksesnya kapan saja, di mana saja. Dari rumah, dari kamar. Dengan jemari, mereka bisa tahu apakah ada risiko atau tidak. Tidak perlu menunggu gejala parah. 

“Kalau sudah ada tanda, jangan tunggu lebih lama. Pergilah ke fasyankes,” ujar Dr. Ishak dalam sosialisasi yang mereka gelar.

Pesannya jelas. Jika hasil skrining menunjukkan risiko, segera periksakan diri. Tidak ada rasa malu. Malu hanya akan memperpanjang derita. Sedangkan, bagi yang hasilnya negatif? 

Jangan terlalu lega dulu. Masih ada pesan yang harus diingat: jaga diri, setia pada pasangan, hindari narkoba, terutama jarum suntik. 

Jangan biarkan hidup berjalan tanpa arah. Isi dengan kegiatan yang bermanfaat.

SM2 bukan hanya aplikasi, tapi sebuah gerakan. Sebuah tangan yang diulurkan untuk mencegah, mendidik, dan mengubah persepsi masyarakat. 

Ini bukan tugas mudah. Karena itu, ITKeS Sidrap tak berdiri sendiri. Mereka menggandeng Muhammadiyah Sidrap. Sebuah langkah strategis, karena Muhammadiyah bukan sekadar organisasi. 

Di Sidrap, tokoh-tokohnya adalah suara yang didengar, figur yang dipercaya.

Mereka paham, dalam perang melawan HIV/AIDS, persepsi masyarakat adalah kunci. ODHA, orang dengan HIV/AIDS, bukan untuk dijauhi. 

Sebaliknya, mereka perlu bantuan, jembatan menuju layanan kesehatan. Muhammadiyah hadir, membantu menghubungkan. 

Agar ODHA tak merasa sendirian. Agar mereka mendapat fasilitas yang layak.

Kegiatan ini tak berhenti di satu tempat. Evaluasi terus dilakukan. Hambatan dihadapi, tantangan dijawab. Potensi dieksplorasi. 

Semua untuk satu tujuan: Sidrap bebas dari HIV/AIDS. SM2 hanyalah langkah awal. Masih banyak jalan yang harus dilalui. 

Tapi dari sini, cahaya sudah mulai menyala. Di tangan anak-anak muda ITKeS Sidrap, harapan itu tumbuh. Sederhana, tapi pasti.(*)