banner 600x50

Sidrap, Katasulsel.com — Sore itu, angin membawa debu dari jalanan Pajalele. Tak jauh dari sana, di Lotang Kaluku, beberapa pemuda sedang bersiap untuk malam panjang. Blusukan sore di desa-desa itu seakan membawa angin segar bagi mereka yang lelah menanti. Semua menunggu satu nama yang akan hadir malam ini: H. Syaharuddin Alrif, atau biasa dipanggil Syahar.

Amparita tua menjadi saksi bisu, berdiri kokoh di kaki Kecamatan Tellu Limpoe. Lapangan Andi Sulolipu malam itu menjadi lautan manusia. Ribuan warga berkumpul, wajah mereka menunggu jawaban—tentang harapan, tentang masa depan. Tiba-tiba, kerumunan pecah. Syahar datang. Senyum lebar, tangan terangkat, melambai. Seolah berkata, “Aku di sini, untuk kalian.”

Syahar, yang telah menapaki banyak jalan di Sidrap, tak berbasa-basi. Ia berbicara jujur, tajam tapi tidak menyudutkan. Keluhan masyarakat yang didengarnya selama blusukan sore tadi diangkat ke panggung. “Penerangan jalan. Sampah berserakan,” katanya, “Tapi ini bukan salah kalian,” ujarnya lembut, “Salahnya, kita tidak pernah menyediakan tempat pembuangan yang layak.” Warga mengangguk, ada rasa lega mendengar itu. Tak ada yang disalahkan, hanya solusi yang dihadirkan.

Kemudian ia memaparkan programnya, seperti membuka peta besar masa depan Sidrap. “BPJS kesehatan gratis,” katanya, suara tegas tapi bersahabat. “Pendidikan unggul. Pupuk lancar. Listrik masuk sawah untuk pengairan.” Semua itu, ia lanjutkan dengan janji-janji yang nyata bagi rakyat kecil: harga komoditi pertanian dan perkebunan yang stabil, peternakan dan perikanan yang sukses. UMKM akan maju, lapangan kerja tersedia. “Jalan mulus, Sidrap aman dan religius,” katanya penuh semangat.

Syahar bukan sekadar menjual mimpi. Ia membawa visi—untuk anak-anak Sidrap sehat, generasi muda mandiri dan kreatif. “Potensi wirausaha akan kita kembangkan,” katanya lagi, matanya menatap jauh ke depan, seakan melihat Sidrap baru yang dia impikan. “ASN dan perangkat desa sejahtera,” lanjutnya, disambut tepuk tangan riuh.

Malam itu, langit Amparita gelap, tapi di Lapangan Andi Sulolipu, ada cahaya. Bukan hanya dari lampu panggung, tapi dari wajah-wajah yang percaya bahwa esok bisa lebih baik. Syahar menutup pidatonya dengan janji. “Sidrap bersih, tangguh bencana,” katanya mantap.

Warga meninggalkan lapangan dengan senyum. Satu langkah menuju hari baru. Satu nama yang mereka titipkan untuk membawa Sidrap lebih baik: Syahar.(*)