banner 600x50

“Kehadiran Brigjen Hery Dwi Subagyo bersama rombongan di sini adalah bukti nyata bahwa melawan stunting tak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah. Ini tugas bersama. TNI pun ikut ambil bagian,” ujar Junaedi, tegas.

Matanya menyapu penduduk yang berkumpul, lalu jatuh pada anak-anak yang menggenggam tangan orang tua mereka. Harapan itu, katanya, ada di kolaborasi. Pemerintah, TNI, semua harus bergandengan tangan.

Desa Tuju memang jauh dari kota, jauh dari gemerlap program-program besar. Tapi hari itu, desa kecil ini menjadi saksi bahwa perhatian bisa datang dari mana saja. Anak-anak yang mengalami stunting tak lagi sekadar angka statistik, mereka adalah wajah masa depan. Dan masa depan itu harus diselamatkan.

Program ini bukan tanpa alasan. TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-122 melibatkan jenderal hingga prajurit untuk turun langsung. Ini bukan sekadar inisiatif, ini langkah nyata. Mereka hadir, memberikan bantuan, memberi perhatian. Bukan sekali ini saja, tapi langkah awal untuk terus mendampingi.

Turut hadir juga, Letkol Arhanud Rosadi dari Kodam XIV/Hasanuddin, Pabandya Wanwil Serka Arisman Amir, serta Forkopimda setempat. Mereka datang, membawa semangat bahwa Desa Tuju tidak boleh lagi tertinggal. Di mata mereka, anak-anak yang dulu kecil, kini harus bertumbuh besar dengan gizi yang lebih baik.

Angka stunting memang tidak bisa berubah dalam sehari. Tapi harapan? Harapan bisa tumbuh dengan cepat. Hari itu, di Desa Tuju, harapan telah lahir kembali. Bukan dalam bentuk pidato panjang atau janji manis. Tapi dalam uluran tangan, dalam sapaan hangat, dalam komitmen yang nyata.(*)