banner 600x50

Matahari Sidrap belum sampai puncaknya. Jam di Polsek Watang Pulu baru menunjuk pukul 11.30 WITA.

Oleh: Edy Basri

KAPOLSEK Watang Pulu, Iptu Ahmad B. Tangko, S.H., berdiri di depan kantornya. Hari ini, ada yang berbeda. Jumat Berkah.

Polsek Watang Pulu menyiapkan nasi kotak. Bukan sekadar nasi kotak. Lebih dari itu. Ada doa, harapan, dan secercah kebahagiaan dalam bungkusan itu.

“Kami hanya ingin berbagi. Tidak banyak, tapi semoga bermanfaat,” kata Iptu Ahmad, singkat.

Orang-orang mulai melintas di jalan Jenderal Sudirman. Panas? Pasti. Tapi, bukan itu yang mereka pikirkan.

Di depan, ada senyum yang menyambut. Bukan hanya dari satu dua polisi.

Iptu Ahmad memimpin langsung, dibantu oleh seluruh personelnya. Tangannya terulur, memberikan nasi kotak kepada para pengendara yang kebetulan lewat.

Pemandangan ini seakan seperti oase di tengah gurun. Di jalanan yang sibuk, orang-orang sejenak berhenti.

Bukan untuk memeriksa surat-surat atau meminta klarifikasi, melainkan untuk menerima uluran tangan dari aparat.

Bukan cuma nasi yang dibagikan. Ada jembatan yang terbangun di sana. Hubungan yang lebih dari sekadar penegak hukum dan masyarakat.

“Kami ingin menunjukkan bahwa polisi tidak hanya ada untuk menegakkan hukum, tetapi juga peduli, merangkul, dan hadir di tengah masyarakat dengan kasih sayang,” ungkap Iptu Ahmad.

Nasi kotak itu sederhana. Tapi, maknanya besar. Itu simbol, penghubung antara Polsek Watang Pulu dan masyarakatnya.

Sebuah langkah kecil untuk menciptakan keharmonisan yang lebih besar.

Acara berakhir. Pukul 11.50 WITA. Tidak ada yang berubah di luar. Jalan masih panas.

Tapi di hati orang-orang yang baru saja lewat, ada kehangatan yang tertinggal. Tepat seperti yang diinginkan oleh Iptu Ahmad dan anak buahnya.

Kehangatan yang membuat mereka mengingat, bahwa di balik seragam polisi itu, ada hati yang peduli.(*)