banner 600x50

Jakarta, katasulsel.com — Prabowo Subianto akhirnya menuntaskan teka-teki. Malam, di Istana Negara, Minggu (20/10/2024), satu persatu nama diumumkan. Kabinet Merah Putih. Komposisi menteri yang, kata Prabowo, menjadi “jurus baru” untuk menyambut tantangan zaman.

“Merah Putih bukan sekadar warna. Ia adalah napas perjuangan. Setiap kebijakan, setiap langkah, semuanya untuk Indonesia,” begitu Prabowo membuka pidatonya. Singkat. Padat. Penuh simbol. Di bawah kepemimpinannya, kabinet ini disusun untuk lima tahun ke depan. Tapi, siapa yang tahu, masa depan kadang terlalu lincah untuk diikat janji.

Tujuh menteri koordinator (menko) menjadi jangkar. Dari Yusril Ihza Mahendra di bidang hukum hingga Airlangga Hartarto yang bertanggung jawab atas ekonomi. Ada juga Agus Harimurti Yudhoyono, putra mantan presiden, mengawasi pembangunan infrastruktur. Simbol harmoni antara masa lalu dan masa kini.

Prabowo tidak sendirian. Di sebelahnya, Gibran Rakabuming, Wakil Presiden termuda sepanjang sejarah Indonesia. Duet yang tak banyak bicara, tapi energi mereka terasa. Layaknya angin gunung yang dingin, tapi keras menerpa.

Lalu masuklah nama-nama besar lain. Budi Gunawan di politik dan keamanan, Bahlil Lahadalia mengurus energi, Sri Mulyani di keuangan. Figur-figur yang sudah lama di orbit kekuasaan. Tapi di samping mereka, muncul tokoh-tokoh baru. Nama-nama yang mungkin dulu hanya berbisik di balik layar.

Natalius Pigai, misalnya. Sosok keras yang pernah melawan arus, kini dipercaya menjaga hak asasi manusia. Kemudian ada Nusron Wahid, yang diberi kendali atas agraria. Kita bisa bertanya-tanya, apa strategi di balik pilihan ini. Tapi, siapa tahu, mungkin Prabowo sedang menulis ulang buku permainan.

Kabinet ini ibarat perahu. Didayung bersama. Namun, lautan yang dihadapi penuh badai. Dari ketidakpastian ekonomi global hingga ancaman perubahan iklim. Dan jangan lupakan, persoalan dalam negeri. Perut rakyat yang lapar, harga yang naik, pekerjaan yang hilang.

Di akhir pidatonya, Prabowo menutup dengan kalimat yang dingin, namun tegas. “Ini bukan kabinet saya. Ini kabinet rakyat.” Sebuah pesan yang kuat. Sebuah janji yang besar.

Namun, kita semua tahu, janji itu seperti kertas di atas air. Bisa tenggelam, bisa terapung. Tapi malam itu, di Istana Negara, Prabowo menunjukkan satu hal: ia siap berlayar.