banner 600x50

Jeneponto, Katasulsel.com – Terik hari itu menusuk. Matahari tak sudi bersembunyi. El Nino membuat tanah kian retak, dan sumur-sumur warga mengering. Tapi di Dusun Batu Maccing, harapan itu datang. Bukan dalam bentuk hujan, tapi dari tangki air yang membawa setetes kehidupan.

Kapolres Jeneponto, AKBP Widi Setiawan, S.I.K., M.I.K., turun langsung. Wajahnya tenang, meski ia tahu, air yang dibawa tak akan cukup mengatasi kemarau yang panjang. Namun, seperti pepatah, setetes air di padang pasir lebih berharga dari sungai di musim hujan.

Bersama Kasat Samapta, Iptu Yasiruddin, dan Iptu Baharuddin, S.H., ia memimpin bakti sosial itu. Sebuah tangki air bersih, pinjaman dari Dinas Sosial Kabupaten, menjadi penyambung nyawa bagi warga di sini.

Dari wajah-wajah lelah itu, ia tahu bahwa ini bukan hanya soal air. Ini tentang kepercayaan. Kepercayaan pada seragam yang dipakainya, pada janji yang diberikan.

“Kami sudah berbulan-bulan membantu warga yang kesulitan air akibat El Nino ini,” katanya. Widi tidak berteriak, tak perlu. Kata-katanya mengalir seperti aliran air dari tangki yang mengisi jerigen warga. “Jika ada kesulitan, laporkan. Kami siap bergerak. Jangan biarkan kekeringan ini mengambil harapan kalian.”

Bhabinkamtibmas, anggota Polres, hingga Polsek Batang, semua dikerahkan. Keringat mengucur, tapi itu tak sebanding dengan keringnya tanah di bawah kaki mereka. Dusun Batu Maccing tak pernah selembut ini diperlakukan.

Di tengah tugasnya, Kapolres tak lupa mengingatkan soal keamanan. Pemilukada semakin dekat, dan stabilitas adalah hal yang rapuh, seperti tanah retak yang siap pecah kapan saja. “Kita harus jaga bersama. Jangan biarkan ketegangan tumbuh,” ujarnya pelan, tapi tegas.

Hari itu, air mungkin tak banyak. Tapi apa yang dibawa Widi dan timnya lebih dari itu. Mereka membawa rasa aman, membawa janji bahwa di tengah kekeringan yang melanda, ada yang siap membantu. Meski hanya setetes. (*)