banner 600x50

Kemudian, ia memaparkan program unggulannya bersama H. Nasiyanto dalam duet yang dikenal dengan singkatan “HAMAN NA”.

Program HAMAN NA: Harapan Baru

1. Macca (Pendidikan):
Sekolah rusak? Selesai. Mereka akan direnovasi. Anak-anak akan belajar dalam ruang yang layak. Tak hanya itu, teknologi modern akan hadir di sekolah-sekolah.

Dan bagi yang kurang mampu atau berprestasi, beasiswa akan mengantar mereka ke jenjang lebih tinggi. Guru? Mereka akan dilatih, disertifikasi, hingga mereka layak menjadi teladan.

2. Mario (Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan):
Harga gabah akan stabil. Petani tak lagi gamang. Pupuk, distribusi bantuan, irigasi, semua akan dikelola dengan baik. Dan Pitu Rawa, Pitu Riase?

Akan berubah wajah menjadi pusat industri berbasis buah-buahan. Tak hanya itu, akses pasar internasional akan dibuka lebar, membawa hasil bumi Sidrap terbang tinggi.

3. Madising (Kesehatan):
Warga tak perlu lagi khawatir soal kesehatan. Rumah sakit regional akan dibangun. Setiap desa akan memiliki tim monitoring kesehatan, sementara layanan BPJS gratis akan terus dilanjutkan.

Tak cukup hanya menunggu, pengobatan gratis akan rutin hadir di desa-desa.

4. Madeceng (Infrastruktur):
Sidrap harus menyala. Jalan-jalan desa, jembatan, hingga fasilitas olahraga akan diperbaiki. Danau Sidenreng? Akan jadi kawasan wisata terbaik.

Pasar-pasar? Akan ditingkatkan untuk kenyamanan pedagang dan pembeli.

5. Mabbarakka (Keagamaan):
Para imam dan perangkat desa tak dilupakan. Umrah gratis dan insentif tambahan disiapkan. Bahkan, ambulance di setiap masjid.

Setiap rumah ibadah akan dibina dengan dai muda dan hafidz, menguatkan pondasi iman masyarakat.

Warga yang hadir mengangguk. “Inilah yang kami butuhkan,” bisik seorang petani di antara kerumunan.

H. Mashur tak perlu lagi meyakinkan dengan kata-kata besar. Sebab, di setiap wajah yang menatapnya sore itu, ada satu hal yang jelas: harapan.

Harapan bahwa Sidrap, Kulo, dan desa-desa lainnya tak hanya akan berubah. Tapi juga maju. Sidrap yang lebih baik bukanlah sekadar mimpi.

Bagi mereka, H. Mashur adalah anak Kulo yang tak lupa jalan pulang. Dan di tangannya, masa depan Sidrap digenggam erat. (*)