banner 600x50

Wajo, Katasulsel.com — Minggu sore yang biasa berubah menjadi momen horor. Dua pria paruh baya, Mustapa (52) dan Sirajuddin (52), yang sehari-hari tak pernah berselisih paham, tiba-tiba terlibat duel parang di Jalan A. Jaja, Siwa, Wajo.

Bermula dari tatapan mata yang seharusnya bisa dihindari, insiden ini berkembang cepat. “Magai muitaka tilaco?” (kenapa kamu lihat saya?), tanya Sirajuddin. “Magai?” balas Mustapa, memicu ketegangan yang berujung brutal.

Tak ada yang menyangka, pertemuan biasa di jalan raya berubah menjadi ajang duel hidup-mati. Mustapa, sudah bersiaga dengan parang di tangan, menantang Sirajuddin untuk pulang mengambil senjata. Dan seperti adegan dalam film, Sirajuddin kembali tak lama kemudian, siap bertarung.

Benturan besi di udara menjadi saksi bisu. Sirajuddin terluka di leher dan tangan kirinya, sementara Mustapa menderita luka di kepala dan tangan kanannya. Warga yang menyaksikan baku hantam di tengah jalan segera memanggil polisi.

Kepolisian Pitumpanua, dipimpin IPDA Reyhard Tangke, segera turun ke tempat kejadian. “Ini murni persoalan emosi sesaat, akibat saling tatap,” ujar IPDA Reyhard.

Kini, keduanya dirawat di fasilitas kesehatan terpisah. Sirajuddin yang terluka parah dirujuk ke RS Siwa, sedangkan Mustapa, usai mendapat perawatan, sudah diamankan polisi.

Perkelahian satu lawan satu ini meninggalkan tanda tanya: Bagaimana sebuah tatapan bisa berubah menjadi konflik berdarah? Apa yang membuat dua pria dewasa mengambil jalan kekerasan hanya karena hal sepele? Mungkin, di balik tatapan itu, ada sejarah panjang yang tak pernah terucap.