banner 600x50

Sabtu pagi, cuaca di Gunung Bulu Baria terlihat bersahabat. Sembari menyusuri jalur setapak, Ainil dan enam rekannya bersemangat menggapai puncak.

Oleh: Edy Basri

MEREKA ini, adalah pendaki. Pejuang mimpi yang tak kenal lelah. Namun, di antara tawa dan ceria, tersimpan kisah pilu yang tak terduga.

Ainil, 20 tahun, bagian dari rombongan pendaki yang terdiri dari empat wanita dan tiga pria, berangkat dengan harapan.

Mereka merencanakan perjalanan seru ini untuk melepas penat. Namun, sabtu itu, takdir seolah mengubah arah. Usai mencapai puncak, situasi berbalik.

“Awalnya, saya dapat informasi dari korban dan orang yang bantu,” kata Mustain Tagrib JS, Pengelola Registrasi Bulu Baria. Miss komunikasi terjadi di puncak.

Satu anggota tim mengalami sesak napas. “Leader memutuskan untuk membawa temannya ini turun, dan minta tolong ke sweeper untuk back up,” jelas Mustain.

Ketika kelompok itu menikmati panorama, Ainil terpisah dari rekan-rekannya.

Dia memilih untuk berswafoto, mengabadikan momen di puncak, tak sadar cuaca mulai berangsur kelam. Ketika rekan-rekannya memutuskan untuk turun, Ainil tetap berdiam.