Sidrap, Katasulsel.com — Rijang Pittu, Jumat, 25 Oktober, malam, tak seperti biasa. Lantunan doa dan harapan menyelip di tiap langkah, tiap bisik, dari wajah-wajah yang hadir.
Sekira 500 orang berkumpul di kediaman H. Sahabuddin. Ada yang datang berombongan, banyak yang sendiri-sendiri.
Namun semuanya memiliki satu tujuan: bertemu dengan Muh. Yusuf Dollah, sang calon bupati yang akrab disapa Dony, dan pasangannya, Muh. Datariansyah, yang lebih dikenal sebagai Datar.
Dony memulai obrolan. Suaranya tenang, meyakinkan. Mantan Pj Sekda Sidrap itu mengajak warga untuk merajut harapan dalam satu impian. Ada senyum di wajahnya. Namun di balik itu, ada janji yang besar, lebih besar dari sekadar kata-kata.
“Ini bukan sekadar janji,” ucap Dony, menatap warga yang berdiri memadati halaman. “Ini tekad.”
Programnya dimulai. Singkat. Padat. Setiap kata terasa berat oleh tanggung jawab.
Pajak Bumi dan Bangunan. Siapa bilang orang kecil harus berat menanggungnya? Dengan nilai objek pajak dibatasi Rp 50.000, pemerintah yang akan menanggung semuanya. Tidak ada lagi beban pajak bagi mereka yang layak mendapatkan bantuan ini.
Listrik 450-900 KWH. Ini soal cahaya di rumah. Untuk warga dengan daya listrik kecil, tagihan bulanan akan dihapus. Listrik yang menyala tanpa khawatir angka pada meteran.
1.000 Bedah Rumah per Tahun. Seribu rumah, seribu harapan. Tak ada lagi rumah yang sekadar berdiri di tanah tanpa layak dihuni. Setiap tahunnya, rumah-rumah yang sudah lelah akan direnovasi. “Hidup layak adalah hak,” ujarnya.
Pengobatan dan Antar Jemput. Ada yang sakit, ada yang tak bisa datang ke klinik. Jangan cemas, DOATA datang membawa janji: setiap warga yang membutuhkan bisa mendapatkan layanan kesehatan tanpa biaya, lengkap dengan antar jemput.
Seragam Sekolah Gratis. “Anak-anak kita adalah masa depan,” ujar Datar. TK, SD, SMP—seragam sekolah akan disiapkan bagi mereka. Tak ada alasan lagi bagi keluarga untuk khawatir soal biaya seragam.
Jalan dan Jembatan Rp 5 Miliar per Kecamatan per Tahun. Rp 5 miliar setiap tahun di tiap kecamatan. Untuk jalan, jembatan, dan akses yang lebih baik. “Kita buka akses ekonomi,” katanya. Di wajah mereka terlihat semangat yang seperti dibakar.
Peningkatan Kesejahteraan Imam, Pegawai Syara, dan Guru Mengaji. “Ini tentang kesejahteraan, bukan sekadar upah,” tegas Dony. Mereka yang berbakti di masjid dan rumah-rumah pengajian akan mendapatkan insentif.
Malam itu, warga Rijang Pittu menyimak. Ada harapan yang mereka peluk di sana. Harapan bahwa mereka tak sekadar suara yang didengar sesaat. Bahwa DOATA bukan sekadar nama yang lewat, tapi orang-orang yang akan menghidupkan janji-janji.
Menuju 27 November, semangat warga semakin menyala. Di malam itu, doa dan harapan bergumul dalam udara. Warga Rijang Pittu berharap: mereka tak lagi bermimpi tentang masa depan yang baik.(*)
Tinggalkan Balasan