banner 600x50

Enrekang, Katasulsel.com — Elektabilitas pasangan calon Mitra Fakhruddin MB dan Mahmuddin (RAMAH) dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Enrekang 2024. Jadi perhatian CEO PT Duta Politika Indonesia, Dedi Alamsyah Manaroi.

Dikatakannya dari Tiga lembaga survei ternama itu yang melakukan rilis survei mengunggulkan Paslon RAMAH nomor 1 itu.

Kata CEO PT Duta Politika Indonesia itu, Untuk mengunci kemenangan, Pasangan ramah hanya perlu mempertahankan elektabilitas di sisa waktu 31 hari jelang pencoblosan di tanggal 27 November 2024 mendatang.

“Gencarnya kampanye negatif yang dialamatkan kepada pasangan calon nomor urut 1 di Pemilukada Enrekang, Jika dilihat dari survey pilkada Enrekang yang beredar per hari ini, jelas menunjukan serangan yang ditujukan tersebut merupakan bentuk kekhawatiran pihak-pihak tertentu atas terus meningkatnya elektabilitas pasangan Ramah,” ujar Dedy Alamsyah

Dedi Alamsyah melihat fenomena Pilkada Enrekang sebagai cerminan dari dinamika politik Pilkada yang semakin cenderung didominasi oleh strategi serangan daripada adu gagasan.

“Posisi unggul calon kepala daerah dalam berbagai survei menunjukkan bahwa publik cenderung lebih menerima program kerja dan solusi konkret dibandingkan narasi negatif yang hanya berfokus pada citra dan serangan,”

banner 250x250

Dalam konteks ini, Kata pria yang biasa disapa Abangda bahwa serangan dari lawan politik yang menuding salah satu pasangan calon (Mitra Fakhruddin MB dan Mahmuddin) hanya menebar kebencian dan memperburuk citra daerah justru menunjukkan kelemahan strategi mereka sendiri.

“Serangan dari lawan politik yang menuding salah satu pasangan calon hanya menebar kebencian dan memperburuk citra daerah justru menunjukkan kelemahan strategi mereka sendiri,” tutur CEO PT. Duta Politika Indonesia.

“Narasi semacam itu akan cepat kehilangan efektivitas jika tidak disertai dengan tawaran peta solusi yang jelas dan relevan bagi masyarakat. Alih-alih meraih simpati, pendekatan semacam ini malah dapat memperkuat dukungan terhadap calon unggul karena dianggap lebih fokus pada pembangunan dan perbaikan,” sambungnya.

Dedi juga menilai bahwa dalam Pilkada, masyarakat semakin kritis dan rasional. Mereka cenderung menginginkan pemimpin yang mampu memberikan solusi nyata untuk masalah yang mereka hadapi, seperti ekonomi, pendidikan, infrastruktur, dan pelayanan publik.

“Kandidat yang hanya fokus menyerang tidak akan mampu memenangkan hati pemilih yang sudah terbiasa mencari pemimpin dengan program yang dapat mereka pahami dan rasakan manfaatnya,” imbuh Dedi.

Ditambahkannya lebih jauh. Narasi negatif yang terus menerus didorong tanpa diiringi dengan solusi konkret juga berisiko menjadi bumerang. Hal ini dapat menciptakan kesan bahwa kandidat penyerang tidak memiliki visi yang jelas untuk daerah tersebut dan hanya berfokus pada kekalahan saingan, bukan kemenangan masyarakat.

“Untuk mengubah peta politik, lawan harus mulai menunjukkan gagasan dan kebijakan yang bisa memberikan dampak positif bagi warga, bukan sekadar menyerang kompetitor,” kata Dedi Alamsyah.

Oleh karena itu, Dedi Alamsyah menyarankan agar setiap calon dalam Pilkada untuk menciptakan suhu politik yang adem, utamakan gagasan dan program unggulan sebagai bahan jualan.

“Kalau hanya sibuk menyerang, itu tanda-tanda kekalahan makin dekat,” kunci CEO PT Duta Politika Indonesia ini.(*)