Syaharuddin percaya bahwa pertanian di Sidrap harus dilindungi dari ancaman kerusakan lingkungan. Ia menekankan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian alam.
Sementara itu, Hamas NA datang dengan pendekatan berbeda. Mereka melihat lingkungan hidup sebagai aset masa depan yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.
Mashur berbicara tentang pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini.
Mereka ingin pemerintah menjadi garda terdepan dalam upaya konservasi, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Saat debat berakhir, ketiga pasangan memberikan kesan mendalam kepada audiens.
Doata hadir sebagai sosok yang tenang dan harmonis, Sarkanaah tampil berkelas dan penuh wibawa, sementara Hamas NA menampilkan diri sebagai pemimpin milenial dengan sentuhan romantik.
Debat ini bukan hanya soal memenangkan suara, tetapi tentang visi masa depan Sidrap yang lebih baik. Acara berakhir, semuanya adem, bravo KPU, Bawaslu, Pemkab dan TNI-Polri!. Salam Sidrap lebih baik. (edy)
Tinggalkan Balasan