Sidrap, Katasulsel.com — Cuaca cerah menghiasi BTN Arawa, Kelurahan Batu Lappa, Kecamatan Watang Pulu, Sidrap berbeda dari biasanya, Sabtu, 2 November 2024.
Di tengah riuhnya suara alam, dua sosok menonjol di panggung demokrasi: Muh Yusuf Dollah dan Muh Datariansyah, yang akrab disapa DOATA. Mereka hadir, membawa semangat perubahan.
Di hadapan warga, suasana hikmad terasa menyelimuti. Raut wajah penuh harapan terlihat di setiap sudut. Masyarakat menyambut hangat kedatangan mereka, seperti mentari pagi yang memeluk bumi.
DOATA bukan sekadar nama, tetapi sebuah janji. Janji untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan masyarakat.
“Bersama, kita bisa!” seru Yusuf dengan tegas, seolah menyemai benih harapan di ladang hati warga. Tak hanya kata-kata, program unggulan pun dicanangkan. Dalam setiap program, tersimpan janji untuk membantu yang lemah, memberi ruang bagi yang terpinggirkan.
Program Gratis untuk Masyarakat Kurang Mampu menjadi bintang utama. Di tengah ramainya hiruk-pikuk politik, program ini hadir bagaikan oase di padang gersang.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kini hanya bernilai Rp 50.000 untuk yang kurang mampu. Ini adalah angin segar, mengurangi beban yang kian menyesakkan.
“Pajak ini ditanggung pemerintah, tak ada lagi beban bagi yang sudah berat,” lanjut Datariansyah, menegaskan komitmen mereka untuk rakyat.
Listrik juga tak luput dari perhatian. Daya 450 hingga 900 KWH kini gratis. “Tanpa tagihan, tanpa khawatir,” ujarnya, menyiratkan bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi tanpa menyusahkan.
Namun, tidak berhenti di situ. Program 1.000 Bedah Rumah siap membantu warga yang tinggal di rumah tak layak huni.
“Kami akan memberikan hunian yang aman dan sehat,” ujar Yusuf.
Setiap tahun, seribu rumah akan direnovasi, memberi wajah baru bagi ribuan keluarga. Harapan tidak hanya datang dari kata-kata, tetapi juga dari tindakan nyata.
Kesehatan adalah hak setiap orang. Dengan program Pengobatan & Layanan Antar Jemput Orang Sakit, akses kesehatan menjadi lebih mudah.
“Kami akan mengantar dan menjemput, tanpa biaya,” tegas Datariansyah, membuktikan bahwa kesehatan adalah prioritas.
Tak ketinggalan, seragam sekolah untuk anak-anak dari keluarga miskin akan diberikan gratis.
“Anak-anak kita berhak belajar tanpa kendala,” ungkap Yusuf. Pendidikan adalah jembatan menuju masa depan.
Infrastruktur juga menjadi sorotan. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan anggaran Rp 5 miliar per tahun per kecamatan adalah langkah konkret. “Kami akan membuka akses, memperlancar transportasi, dan mendorong ekonomi,” kata Yusuf, menyalakan semangat pembangunan di hati warga.
Tak lupa, kesejahteraan para imam dan guru mengaji pun diperhatikan. Dengan program peningkatan kesejahteraan, mereka akan menerima tunjangan.
“Mereka adalah pilar spiritual kita,” ucap Datariansyah, menggambarkan penghargaan terhadap para pembina moral masyarakat.
Di tengah diskusi yang hangat, harapan mulai bersemi. Masyarakat, yang semula ragu, kini berani bermimpi.
Mereka merasa ada harapan yang datang dari dua sosok ini. DOATA, lebih dari sekadar nama, adalah harapan yang terpatri di dalam hati setiap warga. Dengan doa dan dukungan, mereka melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.(*)
Tinggalkan Balasan