Di sebuah sudut kecil Kelurahan Bontotangnga, dua jiwa terjebak dalam kesunyian. Seorang perempuan bisu — Ibu Dia, tinggal bersama adiknya, seorang lelaki yang mengalami gangguan mental.
Laporan: Aswin R – Jeneponto
PULUHAN tahun berlalu, seakan waktu terhenti bagi mereka. Tak pernah ada sentuhan bantuan pemerintah.
Minggu, 3 November 2024, saat Subair, pemuda dari Tamalatea dan Bontoramba (Tambora), membagikan air bersih kepada tokoh masyarakat di lingkungan Bumbungloe, hatinya tergerak.
Ia mendengar cerita tentang Ibu Dia. Tak butuh waktu lama, ia langsung beranjak menuju rumahnya. Di sana, dia melihat langsung betapa rapuhnya keadaan sang adik.
Sinar harapan muncul ketika Dg. Anne, seorang anggota keluarga yang peduli, menceritakan usaha mereka.
Beberapa bulan lalu, mereka berhasil mengurus Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk Ibu Dia.
“Iye, pernah saya bawa ke Dinsos, tapi mereka bilang harus kembali ke Kelurahan untuk rekomendasi musyawarah kelurahan,” jelasnya, dengan nada penuh keputusasaan.
Dari situ, Bair, seorang relawan, menghubungi Ibu Lurah Bontotangnga, Pak Camat Tamalatea, dan Kabid Dinsos.
“Ibu Lurah bilang nantipi. Pak Camat minta foto KK dan KTP, sementara Kabid Dinsos menyuruh saya bertemu operator data kemiskinan,” terang Bair.
Tinggalkan Balasan