Sidrap, Katasulsel.com — Pagi tadi, Kamis, 14 November 2024, di Pasar Rakyat Tanrutedong, hiruk-pikuk biasa berubah sedikit berbeda. Ada sosok berwajah tenang yang melangkah pelan di antara lapak-lapak. Bukan sekadar menyapa, tetapi Dony—begitu ia biasa disapa—mendekat, bercakap, menyelami kehidupan yang sederhana di pasar itu.
Muh Yusuf Dollah Mando, calon Bupati Sidrap nomor urut 1, tak hanya lewat dan tersenyum. Dia berhenti di lapak ikan, merunduk untuk mendengar cerita seorang ibu yang setiap hari menjajakan dagangannya di sana. Dony menyentuh tomat merah di tangan pedagang itu, menanyakan kualitas panen tahun ini, harga, hingga kesulitan menjualnya.
Pedagang lain tertarik menghampiri. Sebagian mengeluh tentang harga yang tak seimbang dengan jerih payah. Dony mendengar dengan wajah penuh perhatian, sesekali tersenyum, sesekali mengangguk.
Ada percakapan kecil namun bermakna. Seakan-akan pasar ini bukan sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga wadah bagi warga untuk menyampaikan harapan dan keluhan.
Di sudut pasar, Dony sempat berbincang lebih lama dengan beberapa pedagang. Mereka bercanda tentang betapa capeknya berjualan sepanjang hari, tetapi tetap gigih mencari rezeki. Tak jarang Dony tertawa kecil, membuat suasana akrab. Momen itu menunjukkan dia bukan sekadar politisi yang datang menjelang pemilu, tetapi sahabat yang memahami.
Selesai menyapa pedagang, Dony melanjutkan langkahnya ke rumah tokoh masyarakat setempat, P. Sabri. Di sana, dia kembali mendengar. Sabri, tokoh yang dituakan di Tanrutedong, tak sungkan memberikan saran. Salah satu isu yang dibahas adalah penanganan sampah di Tanrutedong yang sering kali menumpuk dan mengganggu kesehatan warga.
“Pak Dony, kami butuh solusi. Pasar ini perlu perhatian lebih soal kebersihan,” ucap Sabri, suaranya pelan tapi tegas.
Dony mendengarkan dalam-dalam, matanya tajam memperhatikan. Dia menyadari bahwa masalah sampah tak sekadar isu kebersihan, tapi juga kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
Saat berpamitan, Dony berjanji akan membawa aspirasi itu. Sebuah janji yang tak diucapkan sembarangan, tetapi diiringi ketulusan seorang pemimpin yang turun langsung ke lapangan.
Hari beranjak sore. Namun di Tanrutedong, kehadiran Dony meninggalkan jejak hangat. Bukan janji kosong, tetapi kepedulian yang lahir dari kedekatan. Sebuah blusukan yang bukan sekadar seremonial, tapi gerak hati yang menyatu dengan denyut pasar dan harapan warga Tanrutedong.(*)
Tinggalkan Balasan