banner 600x50

Sidrap, Katasulsel.com — Suasana di di Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase, Jumat, 15 November 2024, berbeda. Wiwi Yusi membuka pintu rumahnya. Ada senyuman kecil, ada secercah harapan.

Di halaman, Muh Yusuf Dollah, atau yang akrab disapa Dony, berdiri. Di sekelilingnya, tim DOATA bergerak gesit.

Tokoh masyarakat setempat, Andi Azis, ikut hadir. Ia berbicara dengan tegas, penuh keyakinan.

“Saya apresiasi kunjungan Pak Dony dan timnya,” katanya. “Kami mendukung penuh. Sidrap butuh pemimpin seperti beliau.”

Dony mendengar. Sesekali ia menatap, mengangguk pelan. Ucapannya ringan tapi mengena. Ia tak hanya bicara. Ia membawa pesan perubahan. Janji yang, katanya, sudah dikunci untuk diwujudkan.

Dony menyebutnya program unggulan. Tak banyak basa-basi, ia paparkan satu per satu.
“Pajak tanah untuk warga miskin? Kami tanggung. Nilai objeknya sampai Rp 50 ribu. Itu gratis,” ujarnya, disambut tepuk tangan kecil.

Ia melanjutkan. “Listrik 450-900 KWH, kami gratiskan. Tak ada lagi cerita orang harus pilih antara bayar listrik atau beli makan.”

“Seribu rumah setiap tahun kami bedah. Rumah yang sekarang tak layak, akan kami ubah jadi tempat tinggal yang manusiawi.”

“Yang sakit, tak perlu risau biaya. Kami siapkan pengobatan gratis, bahkan antar jemput ke rumah sakit. Semua tanpa pungutan.”

Sorak kecil terdengar ketika Dony menyebut soal seragam sekolah. “Anak-anak TK, SD, SMP dari keluarga miskin akan dapat seragam gratis. Pendidikan tak boleh jadi mimpi yang terhenti karena biaya,” akunya.

Tak lupa, infrastruktur. Jalan dan jembatan, katanya, akan dapat alokasi Rp 5 miliar per kecamatan tiap tahun.

“Sidrap harus terhubung. Ekonomi harus bergerak. Semua dimulai dari infrastruktur,” tegasnya.

Andi Azis mengangguk penuh semangat. “Ini bukan sekadar janji. Kami percaya Dony dan DOATA bisa wujudkan,” ucapnya.

“Pilkada ini bukan soal saya. Ini tentang kita semua. Tentang Sidrap yang lebih baik, lebih sejahtera. Saya hanya ingin membawa langkah itu,” katanya.

Dan pagi itu, di Desa Botto, harapan menyala. Dony tak hanya bicara. Ia hadir, membawa janji yang dirangkai dengan niat. Tinggal waktu yang berbicara: apakah harapan itu benar-benar menjadi nyata di 27 November mendatang.(*)