Dari segi geografis dan basis sosial, ketiganya juga memiliki strategi unik. DOATA kuat di Watang Pulu, Pitu Riawa, dan Dua Pitue, dengan jaringan kekerabatan yang tersebar luas.
SAR KANAAH memiliki pijakan di Maritengngae dan Panca Rijang, sementara HAMAS NA memanfaatkan kekuatan komunitas di Kulo, Baranti, dan Tellu Limpoe.
Namun, pertarungan ini bukan hanya soal kekuatan basis atau program unggulan, tetapi juga tentang siapa yang mampu merangkul aspirasi masyarakat Sidrap secara utuh.
Dalam konteks politik lokal, hubungan personal dan kedekatan emosional menjadi faktor yang tak kalah penting.
Setiap pasangan memiliki peluang yang sama untuk menang, tetapi kunci utamanya adalah bagaimana mereka mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara konkret dan menjalin hubungan langsung dengan pemilih.
Ketika pemilihan semakin dekat, atmosfer politik Sidrap semakin memanas. Perdebatan mengenai program unggulan, basis dukungan, hingga strategi kampanye terus bergulir di tengah masyarakat.
Pilkada kali ini akan menjadi cerminan dari dinamika demokrasi Sidrap yang semakin matang. Ketiganya adalah putra-putri terbaik Sidrap, tetapi hanya satu yang akan mendapat amanah dari rakyat.
Masyarakat kini hanya menunggu siapa yang akan tampil sebagai pemimpin baru yang mampu membawa Sidrap menuju masa depan yang lebih cerah.(*)
Tinggalkan Balasan