Anjing, makhluk yang dianggap najis dalam fiqih, menjadi alasan pengampunan bagi seorang pelacur. Bukankah ini pelajaran besar?
Hati yang Memberi Adalah Hati yang Hidup
Wanita itu mungkin tak tahu hukum fikih.
Ia tak sempat berpikir tentang pahala atau dosa. Yang ia tahu, di depannya ada makhluk Allah yang menderita, dan ia memiliki kekuatan untuk mengurangi penderitaan itu.
Bukankah ini inti dari Islam? Rahmat. Kasih sayang. Kehidupan yang saling menghidupi. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Mencari Makna di Balik Kisah
Kita sering sibuk dengan ibadah lahiriah: salat, puasa, zakat. Tapi bagaimana dengan ibadah batiniah? Rahmat itu laksana air, menyirami hati yang kering.
Seperti wanita itu, yang dosa-dosanya tak mampu membendung kasihnya, kita diajak untuk merenungkan apa yang benar-benar menghidupkan jiwa kita.
Anjing yang minum dari tangan wanita itu tak pernah tahu bahwa ia adalah jembatan menuju surga. Tapi kita tahu.
Kisah ini adalah pengingat, bahwa jalan menuju Tuhan tak selalu beraspal ibadah formal. Kadang, ia hadir dalam tetes air, di malam yang sunyi, di tangan yang memberi.
Surga mungkin lebih dekat daripada yang kita kira.
Tinggalkan Balasan