banner 600x50

Sidrap, Katasulsel.com – Apakah HIV/AIDS bisa dikendalikan hingga tuntas di 2030? Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sidrap, Dr. Ishak Kenre, SKM., M.Kes, mengungkapkan langkah revolusioner untuk mewujudkannya.

Dalam acara Strategi Use of ARV (SUFA) tingkat kabupaten di Aula ITKesMu Sidrap, ia membahas strategi berbasis prinsip TOP: Temukan, Obat, Pertahankan, yang menjadi kunci baru dalam perang melawan HIV/AIDS.

“Dekati orangnya, jauhi penyakitnya adalah prinsip utama kita. Melalui pendekatan yang lebih inklusif dan penggunaan terapi ARV secara optimal, target Mengakhiri AIDS 2030 bukan sekadar mimpi,” ujar Dr. Ishak di hadapan peserta yang terdiri dari tenaga kesehatan, pemangku kebijakan, dan perwakilan masyarakat.

SUFA: Terobosan Baru untuk Sidrap

Program SUFA menjadi sorotan karena mengedepankan inovasi dalam menemukan penderita lebih awal, memastikan mereka mendapatkan pengobatan ARV secara konsisten, serta mempertahankan kualitas hidup mereka. Dengan langkah ini, Sidrap berharap dapat memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS.

Dr. Ishak juga menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam mematahkan stigma yang kerap melekat pada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).

“Bukan hanya pengobatan, tapi juga edukasi dan empati. Kita harus mengubah cara pandang masyarakat agar ODHA bisa menjalani hidup tanpa diskriminasi,” tambahnya.

banner 250x250

Kampanye Global, Gerakan Lokal

Slogan “Mengakhiri AIDS 2030” yang diusung Sidrap sejalan dengan komitmen global. Namun, Dr. Ishak menekankan bahwa keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada gerakan di tingkat lokal.

“Kami yakin Sidrap bisa menjadi model daerah lain dalam mengimplementasikan SUFA. Dengan kerja sama lintas sektor dan semangat yang kuat, angka HIV/AIDS bisa ditekan secara signifikan,” tegasnya.

Optimisme di Tengah Perjuangan

Acara ini mendapatkan perhatian luas karena diwarnai diskusi interaktif dan pemaparan data terbaru tentang HIV/AIDS. Peserta mengaku optimistis dengan pendekatan yang lebih modern dan humanis ini.

Apakah langkah berani ini cukup untuk memutus rantai HIV/AIDS di Sidrap dan bahkan Indonesia? Hanya waktu yang akan menjawab, tetapi semangat yang digagas Dr. Ishak dan timnya jelas menjadi harapan baru bagi semua. (*)