Sidrap kembali menjadi panggung harmoni demokrasi. Di tengah keriuhan Pilkada serentak 2024, daerah dikenal “kota beras” ini mencatat sejarah: tanpa riak, tanpa PSU (Pemungutan Suara Ulang), dan tanpa noda.
Oleh: Edy Basri
KETUA Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidrap, Saharuddin La Sari, menyebut ini bukan kebetulan.
“Sidrap adalah daerah paling aman di Sulsel selama Pilkada. Ini berkat kerjasama yang luar biasa dari Forkopimda,” ujarnya saat konferensi pers, belum lama ini.
Ia tidak sendiri melontarkan pujian itu. Ketua KPU Sulsel, Hasbullah, juga mempertegas pujian serupa.
“Sidrap tidak hanya aman, tetapi juga tercepat dalam rekapitulasi. Si Rekap kami bekerja gemilang,” katanya.
Sidrap mencetak rekor sebagai daerah pertama di Sulsel yang menyelesaikan rekapitulasi tingkat kabupaten/kota.
Dalam istilah balap, Sidrap ibarat mobil Formula 1 yang melesat tanpa pit stop. “Alhamdulillah, Sidrap tercepat. Ini kerja bersama,” tutur Saharuddin.
Namun, bintang sesungguhnya dalam cerita sukses ini adalah trio pengawal demokrasi: Kapolres Sidrap AKBP Dr. Fantry Taherong, Dandim, dan Kajari.
Saharuddin menyebut mereka tanpa ragu. “Ini trio yang hebat. Kapolres, Dandim, dan Kajari membuat suasana begitu kondusif,” katanya.
Kapolres Sidrap, AKBP Dr. Fantry Taherong, merendah.
“Ini bukan kerja saya sendiri. Sinergi Forkopimda adalah kunci. Kami hanya menjalankan tugas demi menjaga Sidrap tetap aman dan damai,” ujarnya dengan nada sederhana namun penuh arti.
Pilihan kata “sinergi” itu tak main-main. Sidrap membuktikan bahwa dengan kolaborasi yang solid, demokrasi bisa berjalan mulus.
Tanpa perlu retorika murahan atau debat panas di lapangan. Sidrap mempraktikkan apa yang sering disebut para politikus sebagai good governance.
Bagi Forkopimda, Pilkada bukan sekadar soal menang atau kalah. Ini adalah soal merawat kepercayaan rakyat. Dan mereka berhasil.
Di Sidrap, demokrasi bukan sekadar pesta, tetapi pesta yang penuh tawa, tanpa gaduh.
Sidrap telah membuktikan bahwa demokrasi yang damai bukan utopia. Mungkin, Sidrap layak menjadi benchmark bagi daerah lain.
Karena di sini, demokrasi berjalan di atas rel. Tidak meleset, apalagi tergelincir.
“Alhamdulillah, hasil ini bukan hanya untuk Forkopimda, tetapi untuk rakyat Sidrap,” kata Saharuddin, menutup konferensi dengan senyum lega.
Sidrap, dengan segala kerendahan hatinya, telah memberikan pelajaran demokrasi yang tak ternilai. (*)
Tinggalkan Balasan