Jakarta, katasulsel.com – Kasus pemerasan terhadap 45 warga negara Malaysia oleh oknum polisi saat konser Djakarta Warehouse Project (DWP) di Kemayoran, Jakarta Pusat, kembali membuka luka lama soal integritas aparat di Indonesia.
Skandal ini, yang menyeret 18 oknum ke meja penyelidikan, tak hanya mengecewakan publik, tetapi juga mencoreng citra bangsa di mata internasional.
Uang Pemerasan Fantastis: Rp2,5 Miliar yang Menggemparkan
Barang bukti berupa uang tunai senilai Rp2,5 miliar yang disita dari para pelaku menambah ironi dalam kasus ini. Bukan hanya jumlahnya yang fantastis, tetapi fakta bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh mereka yang seharusnya menjaga keamanan menjadi sorotan utama.
Kadiv Propam Polri, Irjen Abdul Karim, mengonfirmasi bahwa ke-18 oknum yang terlibat kini ditempatkan di Divisi Propam untuk proses investigasi.
“Saat ini masih dalam penyelidikan, dan kami akan mendalami motif di balik tindakan pemerasan ini,” tegasnya, Selasa (24/12/2024).
Reaksi Publik: Kritik Pedas hingga Seruan Reformasi
Di media sosial, gelombang kritik tajam dilayangkan kepada institusi Polri. Akun @Heraloebss menulis, “Sudah disekolahkan, dikasih pakaian, digaji oleh negara, tapi bikin malu Indonesia!” Banyak warganet lain yang menyuarakan rasa frustrasi terhadap perilaku aparat yang tidak mencerminkan semangat perjuangan bangsa.
Citra Bangsa yang Dipertaruhkan
Kasus ini menjadi pengingat bahwa profesionalisme aparat penegak hukum tidak hanya penting untuk menjaga keamanan nasional, tetapi juga menjadi wajah bangsa di mata dunia. Ketika aparat gagal menjaga integritas, yang dipertaruhkan bukan hanya rasa aman warganya, tetapi juga kehormatan sebuah negara.
Kini, publik menunggu tindakan tegas dari Polri. Akankah ini menjadi momen perubahan atau sekadar menambah daftar panjang kasus serupa? Satu hal yang pasti, kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan, dan dunia tengah mengawasi langkah selanjutnya. (EB)
Tinggalkan Balasan