Tangerang, Katasulsel.com — Kisah memilukan ini bermula pada Kamis pagi di Rest Area KM 45 Tol Jakarta-Merak. Ilyas Abdurahman, pengusaha rental mobil yang dikenal jujur dan berdedikasi, kehilangan nyawanya setelah berusaha mengejar pelaku penggelapan mobil.
Insiden ini tak hanya menjadi tragedi pribadi, tetapi juga alarm sosial yang menggemakan kebutuhan perlindungan hukum bagi pengusaha kecil di sektor rental.
Ilyas, bersama putranya Agam Muhammad Nasrudin dan beberapa rekan, memutuskan untuk mengejar pelaku setelah GPS mobil Honda Brio oranye yang ia sewakan menunjukkan lokasi yang mencurigakan. Namun, apa yang tampak seperti upaya penyelamatan sederhana berubah menjadi drama mencekam.
“Kami menghadang mobil pelaku di tengah jalan, tetapi salah satu dari mereka keluar dengan pistol dan mengaku sebagai anggota TNI AU,” ungkap Agam dalam wawancara eksklusif.
Satu tembakan terdengar, lalu disusul benturan keras ketika sebuah mobil hitam dari komplotan pelaku menabrak mobil Ilyas. Tak gentar, Ilyas dan rombongannya tetap melanjutkan pengejaran hingga Rest Area Balaraja, tempat tragedi berdarah ini mencapai klimaksnya.
“Beberapa kali terdengar bunyi tembakan,” kata Agam. “Ayah saya terkena peluru di dada dan tangan. Itu sangat cepat dan brutal.”
Kasus ini memunculkan pertanyaan mendalam tentang keamanan dan risiko tinggi yang dihadapi pengusaha rental mobil. Keberanian Ilyas, yang berusaha melindungi haknya, justru membawa konsekuensi fatal.
Masyarakat kini menuntut tanggapan tegas dari aparat kepolisian, bukan hanya untuk menangkap pelaku, tetapi juga untuk mencegah tragedi serupa terjadi lagi.
Bagi keluarga Ilyas, kehilangan ini adalah luka yang mendalam.
“Ayah saya selalu bertanggung jawab. Dia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi pekerjaannya,” ujar Agam, menahan isak tangis.
Kisah ini menggugah banyak pihak untuk merenungkan keberanian, tanggung jawab, dan risiko yang sering kali dihadapi oleh mereka yang bekerja keras demi keluarga dan usahanya.
Kini, masyarakat menanti keadilan bagi Ilyas, seorang ayah, seorang pengusaha, dan seorang pejuang. Apakah hukum akan mampu menjawab tuntutan ini? Ataukah tragedi ini hanya akan menjadi angka lain dalam statistik kejahatan jalanan? (*)
Tinggalkan Balasan