Konut, katasulsel.com – Di Desa Watukila, Konawe Utara, seorang warga harus berurusan dengan hukum. Kepala desanya melaporkannya ke polisi atas tuduhan merusak fasilitas pipa air. Namun, bagi banyak pihak, ini bukan sekadar kasus hukum. Ini adalah potret krisis air bersih dan suara rakyat yang tak didengar.
Air Bersih: Harapan yang Tak Kunjung Mengalir
Warga Dusun III Watukila telah lama hidup dengan krisis air bersih. Pipa-pipa yang rusak dan bak induk yang tak memadai membuat kebutuhan dasar ini menjadi barang langka. Sudah berulang kali mereka mengajukan keluhan ke pemerintah desa, tapi tanggapan selalu nihil.
“Masalah air bersih ini sudah jadi langganan. Warga sering berebut air, bahkan bertengkar hanya demi setetes air bersih,” ujar Musriwan, Ketua LSM Laskar Anti Korupsi Indonesia Pejuang 45 Konut.
Frustrasi memuncak saat pemerintah desa membeli pipa baru senilai Rp20 juta menggunakan dana desa. Namun, solusi ini dianggap tambal sulam. Akar masalahnya, kata Musriwan, terletak pada bak induk yang kapasitasnya kecil dan pipa distribusi utama yang sudah uzur.
“Ke Mana Dana Desa Mengalir?”
Menurut Musriwan, alokasi dana desa yang mencapai ratusan juta seharusnya cukup untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, realitas berkata lain. “Kami menduga ada penyalahgunaan dana desa. Ini harus diusut tuntas,” tegasnya.
Dia menambahkan, pihaknya akan membawa temuan ini ke ranah hukum, termasuk kemungkinan pelaporan ke KPK. Bagi Musriwan, dana desa adalah amanat negara yang harus digunakan untuk kepentingan rakyat, bukan segelintir pihak.
Ancaman Baru: Perusahaan yang Mengintai
Tak hanya krisis air, Desa Watukila kini menghadapi ancaman lain. Sebuah perusahaan tengah melakukan land clearing untuk mendirikan crusher di area pemukiman tanpa sosialisasi. Musriwan menduga ada “permainan siluman” antara pemerintah desa dan perusahaan tersebut.
“Banyak warga yang resah. Kami tidak akan tinggal diam,” katanya.
Rakyat yang Selalu Tertindas
Kasus ini adalah cerminan klasik: rakyat kecil harus berjuang sendiri untuk hak dasar mereka, bahkan ketika itu berujung kriminalisasi. Di Watukila, persoalan air bersih hanyalah salah satu dari sekian banyak masalah yang membelit.
Pemerintah desa mungkin bisa membungkam satu suara, tapi tidak suara seluruh warga. Dalam perlawanan rakyat, selalu ada secercah harapan untuk keadilan. (*)
Tinggalkan Balasan