banner 600x50

Jakarta, katasulsel.com — Keputusan PSSI memecat Shin Tae-yong bagaikan petir di siang bolong.

Kegagalan melangkah ke semifinal ASEAN Mitsubishi Electric Cup 2024 setelah tumbang 0-1 dari Filipina menyalakan alarm di tubuh PSSI. Langit cerah sepak bola Indonesia mendadak kelabu.

Shin, yang diharapkan sebagai kapten kapal, justru tidak mampu mengarungi badai.

Skuad yang terdiri dari pemain-pemain berpengalaman tampak tidak sinkron. Di tengah harapan yang berkobar, insiden kartu merah kapten Muhammad Ferrari membuat nyala semangat semakin redup.

Harapan untuk meraih kemenangan menguap, seolah ditelan gelombang.

ADVERTORIAL

Advertorial: UNIPOL

Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, mengungkapkan bahwa kegagalan ini adalah cerminan untuk introspeksi. Ia menyatakan bahwa meski telah memberi kesempatan, hasil di lapangan berbicara lain. “Kami butuh hasil yang lebih baik.

Ini bukan hanya tentang pelatih, tetapi tentang tim secara keseluruhan,” ungkap Erick, menekankan pentingnya kesatuan dalam tim.

Di ujung jalan, proyeksi untuk SEA Games 2025 dan cita-cita mempertahankan medali emas kini menjadi beban berat bagi pelatih baru.

PSSI berada di persimpangan, harus segera mencari pengganti Shin untuk meramu taktik yang tepat dan membawa timnas menuju kejayaan.

Dengan pemecatan ini, sebuah harapan baru berpendar di cakrawala sepak bola Indonesia. Namun, tantangan terus menunggu. Apakah pelatih baru mampu mengukir prestasi?

Pertanyaan ini menggantung di benak para pencinta sepak bola tanah air. Jalan menuju kejayaan masih panjang, dan semua mata kini tertuju pada langkah PSSI dan timnas selanjutnya.

Inikah awal dari sebuah perubahan besar? Waktu yang akan menjawabnya. (*)