banner 600x50

Sidrap, Katasulsel.com – Asap tebal menyelimuti langit Hollywood Hills, pusat gemerlap industri hiburan dunia. Api yang mengamuk pada Rabu (9/1) meluluhlantakkan wilayah Los Angeles, mengukir kisah pilu dengan 11 korban jiwa.

Namun, di balik laporan resmi dan gambar dramatis, ada suara dari seorang warga Indonesia asal Sidrap, Sulawesi Selatan. Novi Andriani Saleh, yang kini menetap di Amerika Serikat, berbagi perspektif berbeda mengenai tragedi ini.

“Los Angeles memang langganan kebakaran,” ujar Novi melalui sambungan telepon dengan redaksi katasulsel.com, malam tadi. “Namun, kebakaran kali ini mendapat perhatian lebih karena menyentuh kawasan elit Hollywood Hills, tempat bintang-bintang terkenal menetap.”

Novi mengungkapkan, banyak kebakaran serupa terjadi di wilayah perkampungan kecil, tetapi minim sorotan media. Kali ini, kebakaran di perbukitan Hollywood menjadi headline global.

“Ketika api menyentuh perumahan mewah, tiba-tiba tragedi ini jadi besar. Berita-berita dibumbui, gambar-gambar diperbesar. Ironisnya, umat di Indonesia sering kali ikut menyebarkan narasi dramatis tanpa mengecek fakta,” tegas Novi.

ADVERTORIAL

Advertorial: UNIPOL

Novi menyoroti bagaimana kebakaran ini juga menjadi ajang penyebaran hoaks. “Ada video dan foto yang sengaja diubah agar terlihat lebih besar dari kenyataan. Bahkan, ada yang mengaitkan musibah ini dengan isu agama dan politik. Ini menunjukkan bagaimana hoaks menyusupi tragedi,” ungkapnya.

Ia mengajak masyarakat untuk lebih kritis dan tidak menjadikan bencana sebagai panggung kebencian. “Musibah tidak memandang siapa, kaya atau miskin, beriman atau tidak. Ujian ini seharusnya mengajarkan empati, bukan vonis,” tambahnya.

Novi urged people to view disasters with compassion, without harboring hatred or using them to push certain agendas. “Disasters are a test of humanity, not a tool to judge the sins or faults of certain groups,” she concluded.

Api di Hollywood Hills bukan sekadar tentang hektare lahan yang terbakar atau jumlah korban. Ini adalah cermin tentang bagaimana dunia merespons tragedi, memperbesar apa yang glamor dan melupakan yang sederhana.

“Amerika tetap besar di benak banyak orang, bahkan dalam musibah sekalipun,” tutup Novi, mengingatkan bahwa cara kita memandang bencana mencerminkan apa yang sebenarnya kita nilai penting. (*)