banner 600x50

“Saya selalu percaya bahwa jurnalis adalah penjaga nurani masyarakat. Tugas kita adalah menyampaikan kebenaran, meskipun terkadang itu membuat kita tidak disukai,” ujarnya.

Namun, seiring waktu, Dais merasa bahwa peran media mulai berubah. Ia menyayangkan bahwa banyak jurnalis muda saat ini lebih mementingkan kecepatan dibandingkan akurasi.

“Dulu, kami bisa menghabiskan berhari-hari untuk meneliti sebuah berita sebelum diterbitkan. Sekarang, semuanya serba instan. Kadang saya heran, kok bisa zaman berkembang seperti ini,” katanya dengan nada prihatin.

Setelah puluhan tahun berkecimpung di dunia jurnalistik, Dais memutuskan untuk mencoba tantangan baru.

Ia terjun ke dunia politik dan berhasil menjadi anggota DPRD di daerahnya, Sidrap, Sulawesi Selatan.

Namun, karier politiknya tidak membuatnya melupakan akar jurnalistiknya. “Di DPRD, saya sering merasa seperti wartawan juga. Saya selalu mencari fakta dan mendengarkan aspirasi masyarakat,” ungkapnya.

Kini, Dais menjabat sebagai Kepala Desa di salah satu wilayah di Sidrap.
Meski perannya telah berubah, ia tetap membawa semangat jurnalistik dalam setiap kebijakannya.

“Sebagai kepala desa, saya merasa seperti pemimpin redaksi. Saya harus memastikan semua informasi yang saya terima itu benar sebelum membuat keputusan,” jelasnya sambil tertawa kecil.

Dalam podcast katasulsel.com, Dais juga membahas perbedaan besar antara dunia jurnalistik di masa lalu dan sekarang.

Ia mengaku takjub sekaligus prihatin melihat kemajuan teknologi yang telah mengubah cara kerja jurnalis secara signifikan.

Bersambung….