![banner 600x50 banner 600x50](https://katasulsel.com/wp-content/uploads/2024/10/sebelum-konten.jpeg)
ENREKANG, Katasulsel.com — . Buku Biografi Padeli,SH. MHum Menjadi Literasi dinilai mencerdaskan Anak Bangsa. Apalagi pemda Enrekang pun mendorong terbangunnya masyarakat literasi.
Terbukti dukungan gedung perpustakaan 4 lantai di kota Enrekang bahkan sarana perpustakaan desa demi membangun minat baca, informasi pengetahuan termasuk menulis di dayagunakan.
Dosen UNM Makassar Dr.Ahmad Jamalong, MPd selaku putra daerah Enrekang mengatakan, Literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis.
Konsep Literasi merupakan seperangkat kemampuan mengolah, menganalisa dan memahami informasi dari bahan bacaan.
“Literasi bukan tentang membaca dan menulis saja, melainkan dapat mencakup bidang lain,seperti ekonomi, matematika, sains, sosial, lingkungan, keuangan, bahkan moral (moral literacy),”jelas Dr. Ahmad Jamalong, MPd
Terkait literasi inipula buku biografi oleh masyarakat , pejabat atau lembaga ,dan profesional dinilai positif membangun karakter masyarakat literasi dan mencerdaskan anak bangsa.
“Dari sebuah karya tulis, atau biografi akan memetik poin positif bagi pembacanya ya itu bermanfaat ditengah masyarakat,”tambahnya.
Tak lepas literasi saat ini lagi diatensi penerbitan biografi seorang pejabat penegak hukum sebagai salah satu tokoh Padeli,SH. MHum berjudul Padeli: Membangun Enrekang dari Sisi Penegakan Hukum dan Satu Tahun Kinerja Kajari Enrekang”.
Belum lengkap jika tak mengenal penulisnya Sunarti Lewang, beliau seorang arsiparis saksi bahwa buku ini bukan sekadar kumpulan kata, tetapi rekam jejak kepemimpinan, dedikasi, dan pengorbanan.
“Saya menulisnya dengan penuh tanggung jawab, keikhlasan, dan ketelitian. Ada rasa haru, hati-hati, bahkan kesedihan saat mendengar langsung kisah-kisah perjuangan yang beliau lalui,”ujar Sunarti Lewang
Minggu (9/2/2025).
Diterangkan Sunarti Lewang, banyak momen yang begitu menyentuh, terutama ketika beliau menceritakan pengorbanan dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum.
Bagaimana beliau dan banyak rekan seprofesi harus jauh dari keluarga demi menegakkan keadilan.
Juga bagaimana beratnya tanggung jawab yang dipikul, namun tetap dijalani dengan keteguhan hati. Ada juga semangat yang selalu beliau bagikan, motivasi yang menginspirasi, serta prinsip hidup yang tak tergoyahkan.
“Saya menulis buku ini bukan karena paksaan atau kepentingan tertentu, melainkan karena saya melihat betapa pentingnya kisah ini diabadikan. Buku ini bukan hanya tentang seorang pemimpin, tetapi tentang nilai-nilai integritas, keberanian, dan keteladanan yang bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama di dunia hukum dan kepemimpinan,”tuturnya.
Lanjutnya, tuduhan bahwa buku ini tidak memiliki asas manfaat adalah keliru. Saya yang menulisnya, saya yang mendengar langsung kisah-kisah ini, dan saya juga yang menyaksikan bagaimana buku ini memberikan dampak serta motivasi bagi banyak pihak.
Buku ini lahir dari niat baik untuk memberikan inspirasi dan wawasan bagi masyarakat.
“Literasi bukan sekadar membaca, tetapi memahami dan mengambil hikmah. Kisah kepemimpinan yang baik harus diabadikan, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk generasi yang akan datang.
Karena yang tertulis akan tetap hidup, dan yang memahami akan membawa perubahan,”terang Arsiparis Sunarti Lewang.(*)
Tinggalkan Balasan